Bisnis.com, JAKARTA - Jembatan Krimea yang menghubungkan daratan Rusia melintasi Selat Kerch dengan semenanjung Krimea di Ukraina yang dianeksasi secara ilegal mengalami kerusakan parah pada Senin (17/7/2023).
Serangan yang merusak Jembatan Krimea itu tampaknya merupakan serangan yang berhasil dilakukan oleh pesawat tak berawak (drone) Angkatan Laut Ukraina.
Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari Kyiv, serangan terhadap jalur pasokan vital Rusia ini disinyalir merupakan serangan balasan Ukraina yang telah berlangsung sejak awal Juni 2023. Namun, serangan ini juga menunjukkan kemampuan Ukraina untuk melemahkan klaim Rusia yang tidak sah atas wilayah Ukraina.
Penghancuran sebagian jembatan jalan ini terjadi setelah upaya-upaya sebelumnya gagal untuk menyerang jembatan dan pelabuhan Sevastopol, pangkalan utama armada Laut Hitam Rusia.
Serangan terhadap jembatan itu membuat semua lalu lintas jalan terhenti, meski jalur kereta api paralelnya tidak rusak.
Rusia kemungkinan besar akan dapat membuat jembatan itu beroperasi kembali seperti sebelumnya setelah serangan pada Oktober 2022.
Namun, perbaikan ini akan memakan waktu, seperti yang terjadi sebelumnya, dan penggunaan jembatan yang terbatas selama puncak musim liburan akan menjadi pengingat bagi masyarakat Rusia akan perang.
Ukraina juga melakukan serangan rudal presisi terhadap 2 jembatan paralel Chonhar, yang menyediakan koneksi vital antara Krimea dan bagian wilayah Kherson yang diduduki Rusia di daratan Ukraina, kurang dari 4 pekan lalu.
Melansir Conversation, ini mungkin tampak sebagai serangan yang tidak memiliki strategis, dan dengan sendirinya, ini mungkin akan menjadi serangan balasan Ukraina yang sangat dinanti-nantikan yang berjalan lambat dalam merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia.
Namun, serangan-serangan ini merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas untuk mengganggu jalur suplai Rusia, yang sangat penting untuk melemahkan pertahanan Rusia yang telah tertanam kuat di sekitar 1.000 km garis depan di Ukraina bagian Timur.