Bisnis.com, JAKARTA - Ketahanan pangan global bakal terancam dengan pengumuman Rusia yang menarik dari Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam (Black Sea Grain Initiative).
Padahal kesepakatan yang ditengahi oleh Turki dan PBB pada Juli 2022 ini, telah memainkan peran penting dalam menstabilkan harga pangan di seluruh dunia di tengah lonjakan yang sebagian disebabkan oleh perang skala penuh Rusia melawan Ukraina.
Ukraina adalah salah satu pemasok biji-bijian terbesar di dunia. Kesepakatan itu memungkinkan Ukraina untuk terus mengekspor produk pertaniannya melalui Laut Hitam selama invasi skala penuh.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengklaim bahwa "bagian dari perjanjian Laut Hitam mengenai Rusia sejauh ini belum dilaksanakan," menambahkan bahwa "segera setelah bagian Rusia selesai, pihak Rusia akan segera kembali ke implementasi kesepakatan ini."
Peskov tidak merinci apakah penarikan Rusia dari kesepakatan biji-bijian terkait dengan ledakan di Jembatan Krimea pada hari yang sama, dia juga tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang "pihak Rusia".
Namun, Rusia telah berulang kali mengancam akan menarik diri dari kesepakatan biji-bijian sejak implementasinya, menggunakannya sebagai alat tawar-menawar untuk menuntut pencabutan sanksi yang mempengaruhi industri pupuknya.
Baca Juga
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengecam keputusan Rusia tersebut.
"Pada akhirnya, partisipasi dalam perjanjian ini adalah sebuah pilihan. Tapi orang yang berjuang di mana-mana dan negara berkembang tidak punya pilihan," tulisnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa setiap pihak yang terlibat selain Rusia harus tetap siap untuk terus memasok biji-bijian.