Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menlu AS Antony Blinken Buka Suara soal Isu Peretas China

Menlu AS Antony Blinken buka suara soal isu peretas China yang mengakses akun email Departemen Luar Negeri dan Perdagangan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken, Jumat (14/7/2023) di Jakarta, buka suara terkait isu peretas asal China yang telah mengakses akun email Departemen Luar Negeri dan Perdagangan./Antara
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken, Jumat (14/7/2023) di Jakarta, buka suara terkait isu peretas asal China yang telah mengakses akun email Departemen Luar Negeri dan Perdagangan./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken buka suara terkait isu peretas asal China yang telah mengakses akun email Departemen Luar Negeri dan Perdagangan. 

Blinken menuturkan bahwa sebenarnya langkah ini sudah terdeteksi oleh Departemen Luar Negeri bulan lalu. 

“Kami mengambil langkah segera untuk melindungi sistem kami untuk melaporkan kejadian tersebut. Dalam hal ini, memberi tahu perusahaan Microsoft terkait kejadian tersebut,” Jelas Blinken di St. Regis Jakarta, Jumat malam (14/7/2023).

Blinken mengatakan bahwa dirinya tidak dapat membahas detail mengenai tanggapan AS. Namun, yang paling kritis, insiden ini masih dalam penyelidikan. 

Ditegaskan, AS secara konsisten menjelaskan kepada China dan negara lain bahwa tindakan apapun yang menargetkan AS baik perusahaan ataupun masyarakatnya, maka akan menjadi perhatian mereka yang mendalam. 

“Kami akan mengambil tindakan dan tanggapan yang sesuai,” jelasnya. 

Mengutip Reuters, Kamis (13/7/2023), bahwa pada Selasa (11/7/2023) Microsoft mengungkapkan bahwa operasi peretasan China secara diam-diam mengeksploitasi kelemahan rahasia perangkat lunak otentikasi perusahaan, yang kemudian membobol email milik 25 organisasi yang tidak disebutkan namanya. 

Sejak pemberitaan tersebut tersiar, beberapa korban selain Departemen Perdagangan mengakui bahwa mereka terkena dampaknya, termasuk staf di Departemen Luar Negeri dan Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat. 

Kementerian Luar Negeri China menyebut tuduhan itu sebagai disinformasi. 

Seorang pejabat senior FBI juga mengatakan pada Rabu (12/7/2023) bahwa tidak ada informasi rahasia yang diambil selama operasi peretasan. Peretasan tersebut hanya bertarget, hanya mengakses kotak masuk email dan tidak merusak data. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper