Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NATO Bakal Investasi Militer Besar-besaran, Terbesar Pasca Perang Dingin!

NATO sepakat untuk melakukan investasi dan menyusun stragegi pertahanan terkuat pasca perang dingin.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson (kanan) dan disaksikan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (tengah) dalam pertemuan menjelang KTT NATO pada 11 Juli 2023 di Vilnius, Lituania./Bloomberg
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson (kanan) dan disaksikan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (tengah) dalam pertemuan menjelang KTT NATO pada 11 Juli 2023 di Vilnius, Lituania./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aliansi Pakta Keamanan Atlantik Utara atau NATO berakhir Rabu (12/7/2023) kemarin.

Kendati belum merestui Ukraina sebagai anggota aliansi, KTT NATO berhasil menghasilkan sejumlah keputusan yang bakal mempengaruhi konstelasi global untuk bebera tahun ke depan.

Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg menyambut baik para pemimpin NATO yang telah mengambil keputusan besar untuk mengadaptasi Aliansi untuk masa depan.

Stoltenberg bahkan menegaskan bahwa KTT itu telah menghasilkan rencana pertahanan NATO yang paling terperinci dan kuat sejak Perang Dingin, memperkuat komitmen terhadap investasi pertahanan, setuju untuk membawa Ukraina lebih dekat ke NATO, dan memperdalam kemitraan di seluruh dunia.

Soal isu Ukraina, dia menggarisbawahi bahwa mulai sekarang, NATO dan Ukraina akan bertemu di Dewan “untuk membahas dan memutuskan secara setara”.

Dia juga menyinggung paket bantuan multi-tahun baru untuk membantu transisi Ukraina dari peralatan dan standar era Soviet ke NATO, dan membuat pasukan mereka sepenuhnya dapat dioperasikan dengan NATO.

Pada KTT, Sekutu juga menegaskan kembali bahwa Ukraina akan menjadi anggota NATO, dan setuju untuk menghapus persyaratan Rencana Aksi Keanggotaan.

 “Ini akan mengubah jalur keanggotaan Ukraina dari proses dua langkah menjadi proses satu langkah,” kata Stoltenberg diansir dari laman resmi NATO, Kamis (13/7/2023).

“Kami akan mengeluarkan undangan bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO ketika Sekutu setuju bahwa persyaratannya terpenuhi.”

Dia menambahkan bahwa Ukraina sekarang "lebih dekat dengan NATO daripada sebelumnya".

Stoltenberg juga menekankan bahwa Sekutu harus memastikan bahwa ketika perang ini berakhir, ada pengaturan yang kredibel untuk keamanan Ukraina. Dia menyambut baik bahwa banyak Sekutu kini telah berkomitmen untuk memberikan bantuan keamanan jangka panjang ke Ukraina.

China Kutuk NATO

Beijing mengecam balik tuduhan NATO bahwa China menantang kepentingan dan keamanan NATO serta menentang setiap upaya aliansi militer untuk memperluas jejaknya ke kawasan Asia-Pasifik.

Dalam kata-kata keras komunike yang dikeluarkan di tengah-tengah pertemuan KTT NATO di Ibu Kota Lituania, Vilnius, pada hari Selasa (11/7/2023), NATO mengatakan China menantang kepentingan, keamanan, dan nilai-nilainya dengan ambisi dan kebijakan pemaksaannya.

"China menggunakan berbagai alat politik, ekonomi, dan militer untuk meningkatkan jejak globalnya dan memproyeksikan kekuatannya, sementara tetap tidak jelas tentang strategi, niat, dan pembangunan militernya," kata para kepala negara anggota NATO dalam komunike mereka.

"Operasi hibrid dan dunia maya China yang berbahaya, retorika konfrontatif dan disinformasi, menargetkan sekutu dan membahayakan keamanan NATO."

Dilansir dari Reuters, The Chinese Mission to the European mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa isi komunike yang terkait dengan China mengabaikan fakta-fakta dasar, mendistorsi posisi dan kebijakan China, dan mendiskreditkan China secara sengaja.

"Kami dengan tegas menentang dan menolak ini," katanya.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada wartawan di KTT bahwa meskipun China bukan "musuh" NATO, China semakin menantang tatanan internasional dengan “perilaku pemaksaannya".

"China semakin menantang tatanan internasional berbasis aturan, menolak mengutuk perang Rusia melawan Ukraina, mengancam Taiwan, dan melakukan pembangunan militer yang substansial," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper