Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian luar negeri Rusia dan China melakukan konsultasi tentang pertahanan antirudal pada Selasa (27/6/2023).
"Pertukaran pandangan menyeluruh terjadi pada berbagai aspek masalah ini, termasuk dimensi global dan regionalnya," kata kementerian itu dalam pernyataan di situsnya, dikutip dari CNA, Rabu (28/6/2023).
Niat itu ditegaskan kembali untuk mengadakan konsultasi serupa secara teratur di masa depan.
Sejak menginvasi Ukraina pada Februari 2022 dalam apa yang disebutnya sebagai 'operasi militer khusus', Rusia terus mendekati China untuk mendapatkan dukungan perdagangan dan diplomatik.
China tidak mengutuk invasi tersebut, dan Washington serta sekutu Barat lainnya mengatakan awal tahun ini bahwa China mempertimbangkan untuk menyediakan senjata ke Rusia. Namun, tudingan itu telah dibantah oleh Beijing.
Diberitakan sebelumnya, Rusia dan Ukraina saling jual beli serangan dalam perang yang berdampak terhadap jutaan orang di kedua negara.
Baca Juga
Serangan rudal Rusia memborbardir sejumlah infrastrutur penting Ukraina. Terkini, pasukan Rusia menyerang Kramatorsk, Ukraina Timur, secara terus menerus menggunakan rudal S-300.
Di sisi lain, angkatan Udara Ukraina mengkonfirmasi pada awal Mei bahwa mereka telah menggunakan sistem pertahanan udara Patriot untuk menembak jatuh rudal balistik Kh-47 Kinzhal Rusia untuk pertama kalinya sejak dimulainya invasi skala penuh.