Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Tak Mau Cawe-cawe soal Kudeta Wagner di Rusia yang Kian Memanas

Pemerintah China memutuskan untuk tidak mencampuri urusan Rusia terkait permasalahan tentara Wagner, yang kini jadi sorotan dunia.
Kepala milisi Rusia Wagner Yevgeny Prigozhin mengklaim para pejuangnya telah mengambil alih fasilitas militer di kota Rusia yang kritis dan strategis. Pejuang kelompok tentara bayaran swasta Wagner berjaga di jalan dekat markas besar Distrik Militer Selatan di kota Rostov-on-Don, Rusia, 24 Juni 2023. REUTERS/Stringer
Kepala milisi Rusia Wagner Yevgeny Prigozhin mengklaim para pejuangnya telah mengambil alih fasilitas militer di kota Rusia yang kritis dan strategis. Pejuang kelompok tentara bayaran swasta Wagner berjaga di jalan dekat markas besar Distrik Militer Selatan di kota Rostov-on-Don, Rusia, 24 Juni 2023. REUTERS/Stringer

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah China memutuskan untuk tidak mencampuri urusan Rusia terkait pemberontakan kelompok tentara bayaran Wagner. 

China menilai bahwa rencana Wagner untuk mengkudeta Rusia telah menjadi urusan dalam negeri milik pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Namun demikian, Menteri Luar Negeri China Qin Gang memastikan bahwa pihaknya akan mendukung mitra strategisnya itu untuk menjaga stabilitas nasionalnya. 

Hal ini disampaikan Qin Gang ketika berbicara dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrei Rudenko pada Minggu (25/6/2023) atau sehari setelah pendiri kelompok Wagner, Yevgeny Prigozhin, bersumpah untuk menggulingkan kekuasaan militer Rusia. 

“Sebagai tetangga yang bersahabat dan mitra strategis yang komprehensif di era baru, China mendukung Rusia dalam menjaga stabilitas nasional dan mencapai pembangunan dan kemakmuran,” ujarnya dikutip dari The Guardian, Senin (26/6/2023). 

Seperti diketahui, situasi di Rusia memanas usai pendiri kelompok tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin menyerukan serangan bersenjata pada pekan ini. 

Arahan untuk membelot disampaikan Prigozhin setelah pihaknya menuduh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sebagai dalang dari serangan roket ke kamp lapangan Wagner di Ukraina, tempat di mana pasukannya itu berperang atas nama Rusia. 

Namun demikian, kurang dari 24 jam setelah upaya pemberontakan, Prigozhin memerintahkan tentara bayarannya untuk menghentikan konvoi ke Moskow dan kembali ke Ukraina guna menghindari pertumpahan darah di wilayah tersebut. 

Pemberontakan itu berakhir setelah Presiden Belarus Alexander Lukashenko berhasil memediasi Prigozhin dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Lukashenko dan Prigozhin dikabarkan mengadakan pembicaraan sepanjang hari dan mencapai kesepakatan untuk tidak menerima segela bentuk pertumpahan darah di wilayah Rusia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper