Bisnis.com, JAKARTA— Persetuan Rusia dengan kelompok militer swasta Wagner (PMC) telah menjadi sorotan. Pemimpin tentara bayaran tersebut Yevgeny Prigozhin juga dituding memberontak atau melakukan kudeta.
Wagner merupakan pasukan bayaran Kremlin yang sejauh ini menjadi kekuatan pemukul utama dalam perebutan kota Bakhmut di Ukraina Timur. Kelompok ini bahkan dianggap lebih berbahaya dibandingkan dengan tentara reguler Rusia.
Perseturuan antara Wagner dan tentara reguler Rusia sejatinya telah memanas sejak lama. Pada April 2023, kedua kelompok militer tersebut terlibat aksi baku bunuh di Ukraina.
Kabar tersebut dilaporkan oleh pemerintah Ukraina kala itu. Pihak Ukraina menyebut bahwa antara Wagner dan pasukan Rusia saling tuding mengenai pemicu gerak lambat pertempuran dan tingginya korban di kedua belah pihak.
“Akibatnya, baru-baru ini perkelahian antara tentara bayaran Rusia dan PMC Wagner di pemukiman Stanytsia Luhanska (oblast Luhansk) meningkat menjadi baku tembak yang mengakibatkan pasukan di kedua sisi terbunuh,” kaya pihak Ukraina.
Akibat hal tersebut, hubungan tentara bayaran Wagner Group dan tentara Rusia memanas. Bos Wagner bahkan menolak untuk menandatangani kontrak apapun dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada pertengahan Juni lalu.
Baca Juga
"Wagner tidak akan menandatangani kontrak apa pun dengan Shoigu," kata Prigozhin menanggapi permintaan komentar atas pengumuman Kemenhan.
Prigozhin memang telah terlibat dalam perselisihan publik dengan Shoigu dan Panglima Militer Valery Gerasimov selama berbulan-bulan. Dia telah berulang kali menuduh keduanya tidak kompeten dan sengaja mengurangi pasokan unit Wagner yang bertempur di Ukraina.
Dia menegaskan bahwa Shoigu tidak bisa mengelola formasi militer dengan baik dan bersikeras bahwa kelompoknya terintegrasi baik dengan militer Rusia, tetapi efektivitas akan rusak karena harus melapor kepada menteri pertahanan.
Ketegangan berkepanjangan antara Grup Wagner dan tentara pun memuncak pada pekan lalu. Kelompok tersebut dilaporkan menculik seorang komandan senior tentara garis depan, Letnan Kolonel Roman Venevitin, setelah menuduhnya melepaskan tembakan ke kendaraan Wagner di dekat Bakhmut.
Letnan Kolonel Venevitin kemudian dibebaskan, dan dalam sebuah video yang dibagikan oleh blogger militer Rusia dia menuduh kelompok tersebut memicu "anarki" di garis depan Rusia dengan mencuri senjata, memaksa tentara yang dimobilisasi untuk menandatangani kontrak dengan kelompok tersebut dan mencoba memeras senjata dari Kemenhan.
Prigozhin menyebut komentar tersebut benar-benar tidak masuk akal. Dia juga mengatakan siap untuk mengerahkan pasukannya di Tanah Rusia.
Wagner siap berperang melawan pasukan pemberontak di wilayah Belgorod. Pada bulan Desember, Amerika Serikat (AS) memperkirakan Wagner memiliki sekitar 50.000 tentara yang bertempur di Ukraina.
Adapun kelompok tentara bayaran makin menjadi alat kekuatan negara Rusia di seluruh dunia. Pasukannya saat ini diyakini telah dikerahkan di Mali, Republik Afrika Tengah, Sudan dan Libya.