Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan komponen listrik Thailand Stark Corp. Pcl menjadikan perang Rusia dan Ukraina sebagai alasan untuk menarik diri dari perjanjian untuk membeli alat produksi kabel otomatif seharga €560 juta atau sekitar Rp10,6 trilun dari Jerman.
Keputusan ini sesuai dengan kesepakatan antara pihak perusahaan Stark dan Leoni AG, Leoni Bordnetz Systeme GmbH untuk solusi kabel otomotif group bisnis Leoni.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, dinyatakan bahwa pembeli berkesempatan untuk menarik dirinya jika ada serangan militer terhadap negara berdaulat yang kemudian berdampak pada keadaan perekonomian negara tersebut.
Perusahaan asal Thailand itu menilai, invasi militer Rusia ke Ukraina telah berdampak negatif pada situasi ekonomi di negeri gajah putih itu.
“Serangan militer di Ukraina telah mengakibatkan penurunan tingkat pertumbuhan di beberapa yurisdiksi, biaya energi, kenaikan upah dan tingkat inflasi, serta gangguan pasokan,” ujar Perusahaan Stark dikutip dari Bloomberg, Selasa (20/6/2023).
Di sisi lain, Leoni dan Leoni Bordnetz-Systeme telah mengajukan kasus yang dihadapinya itu ke Institut Arbitrasi Jerman untuk meminta kompensasi sebesar €608 juta atau sekitar Rp9,9 triliun kepada Stark.
Baca Juga
Namun hingga saat ini, belum ada tanggapan balik yang disampaikan Stark atas ajuan tersebut.
Dilaporkan, perusahaan listrik Thailand itu meminta perpanjangan waktu hingga 19 September 2023 untuk menentukan keputusan akhir atas pengajuan tersebut.
“Klaim Leoni bersifat sepihak dan Stark berhak untuk membantahnya selama proses arbitrase,” ujar perusahaan tersebut.