Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia Alexey Polishchuk mengatakan bahwa kerja sama erat antara Kyiv dengan NATO hanya akan menunda penyelesaian konflik dan krisis di Ukraina.
Dia menyatakan bahwa tujuan Barat bukan untuk menjaga keamanan Ukraina, melainkan menjadikannya alat untuk berperang melawan Rusia.
“Kerja sama erat hari ini antara rezim Kyiv dan NATO, bahkan tanpa pendaftaran resmi keanggotaan dalam aliansi, tidak membawa kita lebih dekat ke perdamaian, tetapi menunda penyelesaian krisis," kata diplomat itu, seperti dilansir dari TASS, pada Senin (19/6/2023).
Menurutnya, jika Barat peduli dengan jaminan keamanan untuk Kyiv, AS dan NATO akan bersikeras pada status Ukraina yang netral dan non-blok dengan salah satu alasan krisis saat ini adalah mengabaikan kepentingan Moskow.
“Sejak tahun 1990-an, kami telah menangkal gerak maju dari blok militer yang agresif ini menuju perbatasan kami, memperingatkan bahwa keamanan beberapa negara tidak dapat dijamin dengan mengorbankan keamanan negara lain," ujarnya.
Dia mengatakan telah berupaya untuk menawarkan banyak pilihan untuk menyelesaikan masalah, khususnya dengan menciptakan satu keamanan yang tidak terpisahkan dengan ruang Euro-Atlantik dan Eurasia.
Baca Juga
Perwakilan Kementerian Luar Negeri Rusia mencatat bahwa proposal terakhir untuk penyelesaian di kawasan ini adalah draf perjanjian jaminan keamanan dengan AS dan NATO, tetapi inisiatif ini diabaikan.
“Dengan menyesal, Barat terus mengikuti jalan konfrontasi, membongkar sistem kontrol senjata yang ada dan menghancurkan sisa-sisa arsitektur keamanan Eropa," tambahnya.
Diplomat itu juga menyatakan bahwa Finlandia kini telah menjadi anggota NATO, sedangkan Swedia sedang dalam proses bergabung. Mereka berbicara tentang aksesi Ukraina, yang dijanjikan pada 2007 lalu.