Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai Menteri Pertahanan Prabowo Subianto hanya ingin tes ombak saat mengajukan proposal perdamaian konflik Rusia-Ukraina.
Dia mengakui respons atas proposal itu cenderung negatif, terutama dari pihak Ukraina. Meski begitu, dia menilai tujuan Prabowo tercapai.
"Saya pikir Pak Prabowo sepertinya ingin tes ombak terhadap proposal tersebut untuk melihat reaksi global. Terlepas dari respons balik yang diberikan, saya pikir Pak Prabowo berhasil menarik perhatian internasional," ujar Wasisto kepada Bisnis, Kamis (8/6/2023).
Dia tak melihat proposal itu bertujuan untuk membangun citra diri Prabowo jelang Pilpres 2024. Menurutnya, mayoritas publik Indonesia tak terlalu mengikuti isu geopolitik sehingga proposal itu bukan ditujukan untuk menaikkan elektabilitas Prabowo.
"Sebagian besar publik sepertinya tidak mengikuti isu luar negeri secara intensif selain isu Israel dan Palestina. Jadi sepertinya tidak berdampak ke dalam soal elektabilitas," jelasnya.
Wasisto pun meyakini hubungan antara Prabowo dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak akan terganggu akibat isu proposal perdamaian Rusia-Ukraina itu.
Baca Juga
Memang Jokowi sudah menyatakan proposal itu yang disampaikan di forum International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue 20th Asia Security Summit Singapura itu merupakan inisiatif Prabowo.
Bahkan, orang nomor satu di Indonesia itu menyatakan akan memanggil Prabowo untuk dimintai keterangan soal proposal itu. Terakhir, Prabowo memang bertemu Prabowo Subianto dalam sela-sela kunjungan kerja (kunker) di Kuala Lumpur, Malaysia pada Rabu (7/6/2023).
Usulan Prabowo
Sekadar informasi, Prabowo belum lama ini mengusulkan agar Dialog Shangri-La dapat menemukan cara mendesak Ukraina dan Rusia untuk segera memulai negosiasi perdamaian.
Dia mengusulkan beberapa garis besar saran resolusi konflik tersebut. Adapun 5 saran tersebut meliputi:
Pertama, gencatan senjata. Gencatan senjata dalam hal ini yaitu penghentian permusuhan di tempat pada posisi saat ini dari kedua pihak yang tengah berkonflik.
Kedua, saling mundur masing-masing 15 kilo meter ke baris baru (belakang) dari posisi depan masing-masing negara saat ini.
Ketiga, membentuk pasukan pemantau. Prabowo menyarankan PBB diterjunkan di sepanjang zona demiliterisasi baru kedua negara itu.
Keempat, pasukan pemantau dan ahli dari PBB yang terdiri dari kontingen dari negara-negara yang disepakati oleh Ukraina dan Rusia.
Kelima, menurutnya PBB harus mengorganisir dan melaksanakan referendum di wilayah sengketa untuk memastikan secara objektif keinginan mayoritas penduduk dari berbagai wilayah sengketa.