Bisnis.com, JAKARTA -- Wakil Presiden (Wapres) RI Ma’ruf Amin menuturkan bahwa kiprah besar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) dalam mendukung kemajuan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran pendirinya, yakni Syekh Sulaiman Ar-Rasuli.
Oleh sebab itu, sebagai bentuk penghargaan atas jasa besar perjuangannya terutama di bidang pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka, Wapres mendukung usulan agar Syekh Sulaiman Ar-Rasuli ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
“Saya mendukung usulan agar beliau Hadratussyekh Sulaiman Ar-Rasuli ditetapkan sebagai pahlawan nasional,” tegasnya saat menghadiri acara Peringatan Milad Ke-95 PERTI di Universitas Negeri Padang, Jumat (5/5/2023).
Lebih lanjut, pada kesempatan ini Wapres asal Tangerang ini pun mengajak PERTI untuk terus melanjutkan komitmen tokoh pendirinya tersebut dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberi sumbangan nyata terhadap penyelesaian persoalan kebangsaan lainnya.
“Dan saya anjurkan supaya tidak berhenti untuk memperjuangkan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli sampai menjadi pahlawan nasional,” pintanya.
Wapres Ke-13 RI itu juga menyampaikan bahwa dirinya menaruh harapan besar pada PERTI untuk terus berperan menyiapkan sumber data manusia (SDM) yang unggul, baik dalam kompetensi maupun akhlak yang mulia.
Baca Juga
“Dan juga menantikan semakin banyak generasi muda dan alumni PERTI [yang] akan terjun berkiprah di berbagai bidang pembangunan, baik tingkat lokal, nasional, maupun global,” tandasnya.
Dia menjabarkan bahwa Tarbiyah Islamiyah merupakan suatu organisasi islam yang besar dan didirikan di Sumatra Barat oleh Syekh Sulaiman ar-Rasuli yang juga dikenal sebagai Inyiak Canduan yang dulu bersama ulama-ulama mengambil peran sejak sebelum merdeka.
“PERTI didirikan tahun 1928. Jadi, memang pendirinya seorang ulama dan juga pejuang kemerdekaan, beberapa kali disampaikan supaya pendirinya dapat diangkat sebagai Pahlawan Nasional, beliau itu bertiga Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari, pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan, dan Syekh Sulaiman ar-Rasuli. Dua sebelumnya sudah menjadi pahlawan nasional, tetapi beliau [Sulaiman] belum. Nah, kita akan mencoba perjuangakan agar dirinya menjadi pahlawan nasional,” pungkas Ma’ruf.
Sebelumnya, Ketua Umum PERTI Syarfi Hutauruk dalam pidatonya meminta negara hadir untuk mengapresiasi dan menghargai pengabdian ulama dan aktivis PERTI sebagaimana tercatat dalam sejarah.
Oleh sebab itu, dia melanjutkan bahwa PERTI meminta negara dapat memberikan pengakuan terhadap kiprah tokoh pendiri PERTI yakni Syekh Sulaiman Ar Rasuli Canduang sebagai pahlawan nasional.
“Pengajuan dan permintaan PERTI ini sejatinya sudah terlambat, tetapi ini perlu untuk menjadi inspirasi, motivasi dan semangat bagi keluarga besar, pimpinan dan jamaah PERTI dalam mendayagunakan potensinya bagi kemajuan bangsa dan negara di tengah-tengah percaturan dunia,” tandasnya.
Sejalan dengan Syarfi, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah pada kesempatan yang sama juga menyampaikan dukungannya agar Syekh Sulaiman Ar-Rasuli ini segera ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
“Mudah-mudahan melalui Bapak Wapres ada percepatan dalam menjadikan Syekh Sulaiman Ar Rasuli sebagai pahlawan nasional,” harapnya.
Untuk diketahui, Syekh Sulaiman ar-Rasuli. lahir pada 1871 di Candung atau Agam, Sumatra Barat. Ayahnya adalah Angku Muhammad Rasul dan ibunya bernama Siti Buli’ah. Dia hidup sezaman dengan beberapa mubaligh kenamaan. Sebut saja, Haji Abdul Latif Syakur, Syekh Muhammad Jamil Jambek, Haji Abdul Latif Pahambatan, Syekh Abbas Abdullah, dan Syekh Ibrahim Musa.
Syekh Sulaiman ar-Rasuli pernah bergabung ke beberapa organisasi yang berkembang di Minangkabau. Pada 1918, dirinya menjabat sebagai ketua cabang Syarikat Islam di Candung-Baso.
Pada 1921, dia juga ikut serta dalam pembentukan Ittihad Ulama Sumatera yang didirikan oleh Syekh Muhammad Saad Mungka bersama ulama Kaum Tua lainnya. Kemudian, pada 1928, Syekh Sulaiman bersama Syekh Abbas Ladang Lawas, Syekh Muhammad Jamil Jaho, dan lain-lain mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti).
Organisasi ini dibentuk sebagai wadah bagi beberapa Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) di Minangkabau, termasuk di antaranya adalah MTI Candung pimpinan Syekh Sulaiman.
Setelah Jepang masuk ke Hindia Belanda, Syekh Sulaiman beserta beberapa ulama dari Kaum Muda dan Kaum Tua membentuk Majelis Islam Tinggi Minangkabau pada 1943.
Susunan pengurus terdiri dari Syekh Sulaiman ar-Rasuli sebagai ketua umum, H. Abdul Gaffar Jambek sebagai ketua I, H. Mansur Daud Dt. Palimo Kayo sebagai sekretaris umum, H. Mahmud Yunus sebagai ketua dewan pengajaran, serta H. Ahmad Rasyid St. Mansur dan H. Sirajuddin Abbas sebagai perwakilan Muhammadiyah dan Perti.[11] Syekh Sulaiman juga hadir sebagai wakil Minangkabau dalam konferensi alim ulama di Singapura pada 1943.