Bisnis.com, JAKARTA - Ratusan bahkan ribuan pemohon visa Sudan kini terjebak di zona perang, setelah para diplomat Barat mengevakuasi negara itu tanpa mengembalikan paspor mereka.
Akhir Maret lalu, Ahmad Mahmoud, menyerahkan paspor dan aplikasi visa ke kedutaan Swedia di Khartoum, ibu kota Sudan.
Namun, dia tidak pernah membayangkan bahwa pihak kedutaan tidak akan mengembalikan dokumen perjalanan miliknya itu.
Dilansir dari Aljazeera pada Minggu (30/4/2023), saat pertempuran pecah antara tentara Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) paramiliter, para diplomat Swedia menangguhkan layanan konsuler dan melarikan diri dari negara itu dalam beberapa hari.
Ditengah peperangan, Ahmad sempat melarikan diri ke tempat di mana dia dapat mengambil paspornya atau setidaknya menerima salinan berstempel dari kedutaan besar Swedia. Pasalnya, dia sadar bahwa tidak bisa meninggalkan negara itu tanpa paspor.
"Tolong beritahu kapan saya bisa mengambil paspor saya. Saya harus siap untuk meninggalkan negara saya. Gedung saya tidak aman lagi," tulis Ahmad kepada diplomat Swedia.
Baca Juga
Meski demikian, Ahmad justru mendapatkan respon yang tidak sesuai dengan harapannya.
"Seperti yang telah disebutkan, saya sangat menyesal untuk mengatakan bahwa hal itu tidak memungkinkan," jawab diplomat tersebut.
Para diplomat atau pegawai negeri sipil dari negara-negara seperti Inggris, Swedia, Jerman, Belanda, dan Spanyol sejak saat itu lepas tangan dari tanggung jawab atau gagal menemukan solusi yang memadai.
Pegawai negeri Barat mengatakan untuk mengajukan permohonan paspor baru kepada pihak berwenang setempat.
Namun, pemerintah de facto Sudan terlibat dalam konflik bersenjata yang telah menewaskan lebih dari 500 orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Mesir, Chad, Sudan Selatan, dan Djibouti.
Mesir, yang berjarak sekitar 900 kilometer dari Khartoum, merupakan rute pelarian terdekat dan satu-satunya yang layak bagi banyak orang, tetapi mereka yang tidak memiliki paspor tidak diizinkan masuk.
"Bahkan jika pemboman semakin memburuk, saya tidak akan bisa pergi karena saya tidak memiliki paspor. Saya yakin [para diplomat] tidak peduli dengan staf [kedutaan besar Sudan], apalagi saya yang mengajukan permohonan visa yang bodoh." pungkas Ahmad.