Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Sudan, Rusia Serukan Konsensus Nasional di Antara Pihak yang Bertikai

Rusia menyerukan pihak yang berkonflik di Sudan untuk mencapai konsensus nasional.
Pesawat militer Spanyol dan kendaraan militer terlihat berangkat di landasan ketika personel diplomatik Spanyol dan warga negara dievakuasi, di Khartoum, Sudan, 23 April 2023./Handout Kementerian Pertahanan Spanyol via REUTERS
Pesawat militer Spanyol dan kendaraan militer terlihat berangkat di landasan ketika personel diplomatik Spanyol dan warga negara dievakuasi, di Khartoum, Sudan, 23 April 2023./Handout Kementerian Pertahanan Spanyol via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengatakan bahwa Rusia menyerukan pihak yang berkonflik di Sudan untuk mencapai konsensus nasional. 

Bogdanov yang juga utusan khusus presiden untuk Timur Tengah dan Afrika menyampaikan seruannya itu melalui televisi RT, pada Kamis (27/4/2023). 

Dia juga menyebut, bahwa hubungan antara Rusia dan Sudan selama ini selalu bersahabat.

"Menteri kami (Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov) sedang berkunjung ke Khartoum. Ada komunikasi yang sangat baik, pertemuan dan negosiasi dengan menteri luar negeri dan otoritas militer," katanya. 

Dia mengatakan bahwa negaranya mendukung konsensus nasional dan kerja sama antara pasukan militer dan sipil di Sudan. 

"Kami selalu mendukung konsensus nasional dan kerja sama antara pasukan di Sudan militer dan sipil," lanjutnya, seperti dilansir dari TASS, Jumat (28/4/2023). 

Bentrokan bersenjata antara militer yang bersaing pecah di dekat sebuah pangkalan militer di Merowe dan di Ibu Kota, Khartoum, pada 15 April 2023.

Ketegangan di Sudan setelah terjadi ketidaksepakatan antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan, yang juga mengepalai Dewan Kedaulatan yang berkuasa, dan Kepala Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Mohamed Hamdan Dagalo yang juga dikenal sebagai Hemedti, wakil al-Burhan di dewan.

Menurut Kementerian Kesehatan negara itu, hingga saat ini telah lebih dari 600 orang tewas di negara itu sejak konflik pecah. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa konflik tersebut telah merenggut lebih dari 450 nyawa dengan lebih dari 4.000 orang menderita luka-luka.

Ribuan warga negara asing (WNA) telah dievakuasi dari Sudan dalam beberapa hari terakhir. Spanyol, Italia, Belanda, dan Prancis menutup kedutaannya di Khartoum. 

Banyak negara lain mengurangi kehadiran diplomatiknya di negara itu, atau memindahkan misi diplomatik ke negara-negara terdekat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper