Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid (HNW) mengharapkan Ketua Umum PSSI dan pemerintah Indonesia berkomunikasi dengan FIFA terkait alasan penolakan Israel di Piala Dunia U-20.
Dia mengatakan, bahwa komunikasi bertujuan agar FIFA bisa memahami kondisi Indonesia atau PSSI dapat berlaku sportif dan tidak diskriminatif.
Salah satu contohnya, saat Piala Dunia Qatar 2022, FIFA dapat mengakomodir beberapa nilai yang dipegang oleh Qatar sebagai tuan rumah, seperti pelarangan minuman keras di dalam stadion dan penolakan kampanye LGBT.
“Nah. posisi Indonesia terkait Israel juga memiliki kekhasan, bahkan termaktub dalam konstitusi seperti sikap antipenjajahan Israel terhadap Palestina. Indonesia mempunyai Permenlu Nomor 3/2019 yang tidak membolehkan menerima negara penjajah Israel di tempat resmi, secara resmi, tidak boleh mengumandangkan lagu kebangsaan, serta mengibarkan bendera Israel atau mengenakan atribut-atribut apapun terkait Israel,” ujar HNW dalam keteranganya, Senin (27/3/2023).
Lebih lanjut, eks Ketua MPR ini juga mengingatkan slogan FIFA tidak boleh mencampurkan sepak bola dan politik.
HNW melihat bahwa slogan tersebut sudah dicederai sendiri oleh FIFA dengan adanya preseden FIFA yang mencoret Rusia dari perhelatan kualifikasi Piala Dunia 2022 di Qatar karena invansi Rusia ke Ukraina yang hanya baru 1 tahun. Padahal, jika melihat sejarah lebih panjang, Israel sudah 80 tahun lebih menginvasi Palestina.
Baca Juga
Hal itu juga bisa dijadikan basis argumentasi diplomatis oleh Indonesia agar FIFA konsisten dan tidak menerapkan standar ganda.
“Fakta ini semestinya bisa diberlakukan FIFA terhadap Israel dan kesebelasannya karena Israel telah menginvasi Palestina sejak 1948 dan terus berlangsung hinggi kini bahkan semakin brutal pada beberapa tahun terakhir ini, yang menimbulkan banyak korban kemanusiaan, termasuk pesepakbola-pesepakbola asal Palestina,” katanya.
Tidak sampai di situ, politikus dari PKS ini menyebut jika FIFA dapat konsisten dan tidak menerapkan standar ganda, maka penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tetap dapat dilaksanakan secara bermartabat seperti saat FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Rusia terkait Piala Dunia 2022.
Semestinya, ujarnya, jika FIFA konsisten dengan sikapnya dan menggugurkan keikutsertaan kesebelasan Israel.
“Oleh karenanya, dengan diplomasi yang efektif dari Ketum PSSI kepada Presiden FIFA, maka Indonesia tidak dikenai sanksi, dan tetap menjadi tuan rumah final sepak bola piala dunia U-20, tanpa kesertaan Israel. Dengan begitu, FIFA tetap bisa melanjutkan drawing peserta final U-20, tanpa keikutsertaan Israel,” ucap HNW.
Sebelumnya, PSSI telah mengonfirmasi pembatalan drawing Piala Dunia U-20 di Bali.
Saat ini federasi tengah mengalkulasi dampak buruk yang dapat terjadi terhadap persepakbolaan Indonesia pascapembatalan Drawing Piala Dunia FIFA U-20 di Denpasar, Bali.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga menilai bahwa penolakan Gubernur Bali, I Wayan Koster, terhadap kehadiran Israel menjadi faktor utama FIFA membuat pembatalan jadwal drawing Piala Dunia U-20.
"Memang kami belum mendapat surat resmi dari FIFA, tetapi pesannya jelas karena ada penolakan dari Gubernur Bali yang menolak tim Israel, sehingga dengan sendirinya drawing tidak bisa dilaksanakan tanpa keikutsertaan seluruh peserta," jelas Arya Sinulingga.