Bisnis.com, JAKARTA - Perang Rusia vs Ukraina masih terus berlanjut. Pasukan Ukraina akan segera lancarkan serangan balasan setelah Rusia gagal menguasai Bakhmut.
Komandan pasukan darat Ukraina Oleksandr Syrskyi mengatakan, Rusia telah kehilangan kekuatan yang cukup besar dan kehabisan tenaga di Bakhmut.
Sebagai informasi, Bakhmut merupakan kota pertempuran terpanjang dan paling berdarah bagi kedua pihak. Hal tersebut lantaran, dengan menguasai atau bahkan mempertahankan kota yang letaknya sangat strategis itu bisa menjadi simbol merepresentasikan kemenangan
Pengamat dari Universitas Cambridge, Jon Roozenbeek, mengatakan jika pasukan Rusia berhasil menguasai kota ini, mereka bisa melancarkan serangan artileri di tempat penting seperti Kramatorsk dan Slovyansk.
Bagi Syrskyi, meski kehabisan tenaga dan peralatan, tetapi tampaknya pasukan Rusia belum putus asa dalam merebut Bakhmut dengan segala cara. Sehingga, pihaknya akan mengubah taktik menahan serangan Rusia yang brutal.
“Segera, kami akan memanfaatkan kesempatan ini, seperti yang kami lakukan di masa lalu di dekat Kyiv, Kharkiv, Balakliya, dan Kupyansk,” katanya.
Serangan balasan ini muncul beberapa hari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan pidatonya soal harapan Ukraina dengan merebut Bakhmut dan memastikan kemenangan pertama di medan perang selama setengah tahun terakhir.
Kelompok Angkatan Bersenjata Timur, Serhii Cherevatyi menyampaikan, sejauh ini, pasukan Rusia telah meluncurkan lebih dari 200 serangan di daerah itu dalam 24 jam terakhir, akan tetapi tetap saja Rusia kehilangan ratusan orang setiap hari dalam upaya mereka.
Dia menambahkan, pasukan Rusia melakukan belasan serangan setiap hari. Ada 32 baku tembak selama hari terakhir di wilayah sekitar Bakhmut,” ungkapnya. Menurutnya, serangan udara juga turut yang diluncurkan oleh pesawat dan helikopter serang.
Sementara itu, Pusat Perlawanan Nasional Ukraina – sebuah badan resmi – mengatakan bahwa tentara bayaran Wagner telah mulai mendeportasi penduduk pinggiran Bakhmut yang mereka kuasai, Kamis (23/3/2023).
“Militan dengan paksa membawa penduduk lokal ke wilayah yang direbut di wilayah Luhansk, tempat mereka disaring. Setelah itu, mereka dideportasi ke Perm (Rusia) dan daerah terpencil lainnya di Federasi Rusia,” katanya.
Dirinya mengklaim, penduduk setempat dideportasi dengan maksud untuk dievakuasi. Setelah itu, mereka berasimilasi di wilayah-wilayah terpencil kekaisaran, karena mereka kini bergantung pada penjajah.
Optimisme komandan pasukan darat Syrskyi mencerminkan pembaruan strategi dari Staf Umum militer Ukraina, yang mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sementara Bakhmut masih diperkirakan akan melihat pertempuran sengit.