Sejarah Erupsi Gunung Merapi, Letusan Tahun 1930 Paling Mematikan
Daftar Erupsi Gunung Merapi
Periode 3000-250 tahun yang lalu
Gunung Merapi tercatat mengalami sekitar 33 kali letusan di mana tujuh di antaranya merupakan letusan besar. Dari data yang tercatat, letusan besar terjadi sekali dalam 150-500 tahun.
Dalam jurnal berjudul Lintasan Sejarah Erupsi Gunung Merapi, salah satu letusan terbesar terjadi pada 4 Agustus 1672, yang menewaskan 3 ribu jiwa dalam 150 tahun.
Abad Ke-19
Abad ke-19 merupakan periode Merapi baru, erupsi terjadi pada 1768, 1822, 1849, dan 1872. Erupsi pada abad ini lebih besar dibandingkan abad ke-20, di mana awan panas mencapai 20 kilometer dari puncak.
Kemungkinan letusan besar terjadi dalam kurun waktu 100 tahun. Sejak tahun 1768-1872, tercatat lebih dari 80 kali letusan yang diakibatkan erupsi Gunung Merapi.
Tahun 1930
Sejarah mencatat Gunung Merapi pernah menimbulkan letusan dahsyat dan awan panas yang diberi nama "Wedhus Gembel".
Dilansir dari laman esdm.go.id, erupsi Gunung Merapi pada 1930 menewaskan sebanyak 1.370 orang dari 13 desa di sekitarnya. Ribuan hewan ternak milik warga juga mati akibat semburan awan panas.
Baca Juga
Tahun 1954
Tak sedahsyat tahun 1930, namun tahun 1954 menjadi salah satu letusan Gunung Merapi yang banyak memakan korban.
Korban jiwa akibat letusan Merapi pada tahun ini mencapai 64 orang dan luka-luka sebanyak 37 orang.
Tahun 1961
Letusan pada 8 Mei 1961 ini memakan korban sebanyak enam orang. Akibat dari aktivitas hujan abu yang cukup besar membuat wilayah Kabupaten Sleman dan sekitarnya gelap gulita.
Saat itu Merapi meletus berkali-kali selama hampir dua minggu berturut-turut.
Tahun 1994
Letusan tahun ini memakan korban terbesar kedua setelah tahun 1930. Runtuhan kubah lava dengan volume 2,6 juta meter kubik disertai munculnya awan panas sejauh 6,5 kilometer ke arah barat laut dan selatan.
Akibatnya, 69 orang tewas dan puluhan luka-luka dalam tragedi ini.
Tahun 1998
Ada erupsi Gunung Merapi pada tahun 1998, tapi tidak menimbulkan korban jiwa karena awan panas mengarah ke atas.
Erupsi ini merupakan letusan dengan arah yang baru sejak erupsi Merapi tahun 1957. Aliran awan panas meluncur ke arah hulu Sungai Blongkeng dan Senowo yang berada di sisi barat Gunung Merapi.
Tahun 2001
Awal dari letusan ini ditandai dengan hadirnya Wedhus Gembel dan hujan abu. Keduanya mengarah ke barat daya dengan jarak tempuh sampai enam kilometer.
Awan panas yang bergerak cepat pun mengakibatkan hutan pinus di Kandang Macan hangus terbakar. Ada pula semburan ke udara setinggi lebih dari lima kilometer dari puncak gunung.
Tahun 2006
Letusan Gunung Merapi pada tahun 2006 membuat rusaknya kawasan Kaliadem. Selain itu, letusan ini menimbulkan dua korban jiwa dari kalangan relawan.
Munculnya letusan ditandai dengan gempa dan deformasi. Setelah itu terjadi hujan abu vulkanik yang terjadi tiga hari di daerah Magelang, Kabupaten Sleman, dan Jawa Tengah.
Tahun 2010
Letusan Merapi 2010 dinilai jadi salah satu peristiwa yang terbesar dan terburuk. Sejak status awas ditetapkan pada Oktober, status itu lalu dinaikan menjadi waspada pada September, hingga puncaknya pada 3 November 2010.
Letusan tersebut menjadi letusan terbesar selama 100 tahun terakhir dengan total korban jiwa mencapai 337 orang. Puluhan desa pun terdampak dan ratusan ribu orang mengungsi.
Tahun 2021
Pada 2021, BPPTKG mencatat gunung yang tak memiliki sumber mata air di sepanjang jalur pendakian ini berstatus siaga.
Meskipun tak menimbulkan korban, namun Gunung Merapi menyebabkan gempa sebanyak 23 kali, baik vulkanik ataupun tektonik.
Tahun 2023
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan rentetan awan panas guguran pada Sabtu (11/3/2023) tercatat sebanyak 24 kejadian pukul rentang waktu 12.12 hingga 16.00 WIB.
"Intensitas erupsi yang terjadi hari ini terhitung cukup besar, setidaknya ini terbesar kedua setelah yang terjadi pada 27 Januari 2021," tutur Agus Budi Santoso dalam jumpa pers secara daring.