Bisnis.com, SOLO - AS dituduh jadi biang kerok gempa yang terjadi di Turki. Namun sejarah membuktikan jika catatan gempa di negara tersebut memang sudah mengerikan sejak 100 tahun terakhir.
Dilansir dari El Pais, dalam 100 tahun terakhir, telah terjadi lebih dari 50 gempa bumi berkekuatan sama atau lebih besar dari 6 skala Richter di Turki.
Ini adalah gempa kuat yang dapat menghancurkan daerah berpenduduk dalam radius lebih dari 150 kilometer ( 93 mil). Korban tewas gabungan dalam satu abad ini diperkirakan sudah lebih dari 80.000 orang.
Sementara untuk gempa terbaru, tercatat sudah ada 21 ribu orang meninggal akibat gempa yang terjadi tanggal 6 Februari kemarin.
Yang paling merusak terjadi pada tahun 1939 di provinsi Erzincan, dengan 32.000 kematian. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga sempat meyinggung gempa ini sebagai perbandingan dengan gempa yang baru saja terjadi.
Ada alasan ilmiah mengapa negara Turki sangat peka terhadap gempa, bahkan yang berkekuatan kecil sekalipun.
Baca Juga
Turki dilintasi oleh dua patahan besar yakni patahan Anatolia Utara dan patahan Anatolia Timur.
“Itu adalah titik pertemuan lempeng Anatolia ke barat; di timur, lempeng Arab; di utara, lempeng Eurasia, dan di barat daya, lempeng Afrika,” jelas Eulalia Masana, profesor Internal Geodynamics di University of Barcelona.
Menurutnya, Lempeng Arab akan bergerak ke utara dengan kecepatan sekitar dua sentimeter (0,79 inci) per tahun, sedangkan lempeng Afrika bergerak ke arah yang sama.
Meski kecepatan mereka lambat namun ini cukup berpengaruh untuk negara Turki yang memang rawan.
Semua gerakan ini menghasilkan ketegangan geologis yang menyebabkan gempa bumi dengan besaran yang lebih besar di atas lempeng tersebut.
Mengacu pada alasan ini, banyak ahli bangunan yang menyarankan agar pemerintah Turki memperbaiki struktur bangunan dan rumah-rumah penduduk agar tidak terlalu peka terhadap gempa.