Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cerita Korban Selamat Gempa Turki, Lebih Buruk dari Bom Suriah dan Jet Tempur!

Pengungsi Suriah yang selamat dari gempa Turki mengungkapkan gempa Turki lebih buruk dari bom Suriah dan jet tempur
Petugas penyelamat mencari korban selamat di bawah reruntuhan setelah gempa bumi di Diyarbakir, Turki, Senin (6/2/2023). REUTERS/Sertac Kayar
Petugas penyelamat mencari korban selamat di bawah reruntuhan setelah gempa bumi di Diyarbakir, Turki, Senin (6/2/2023). REUTERS/Sertac Kayar

Bisnis.com, JAKARTA - Gempa Turki menelan belasan ribu korban jiwa meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan.

Hingga saat inipun upaya penyelamatan terus dilakukan, masih banyak orang yang dinyatakan hilang dan dilakukan pencarian.

Gempa Turki bukan hanya memakan korban di kota-kota Turki, namun juga di Suriah negara tetangganya.

Provinsi Hatay, yang menampung sekitar 500.000 pengungsi Suriah, termasuk kota yang terdampak berat dalam gempa tersebut.

Dilansir dari Aljazeera, dua wanita pengungsi Suriah, yang tinggal di kota Reyhanli di provinsi Hatay, menggambarkan situasi ketika gempa terjadi. Ceritanya mencekam dan menyedihkan.

Mereka mengatakan saat gempa pertama terjadi, mereka merasa rumah mereka akan menelan diri mereka, mereka telah merasakan akan mati. Listrik padam, tetapi akhirnya mereka berhasil lari keluar.

Tangisan terdengar, ratapan, teriakan ketakutan, ditambah rasa dingin, dan hujan melengkapi suasana pagi hari mencekam tersebut.

"Itu lebih buruk dari pengeboman di Suriah, lebih buruk dari jet tempur. Saat jet datang untuk mengebom, Anda mendengarnya, Anda tahu mereka akan datang, Anda bisa bersembunyi. Dengan gempa bumi, Anda tidak tahu kapan akan terjadi," urainya.

Merekapun berhasil keluar dari rumah dan tinggal di bawah pohon dalam cuaca dingin, karena bumi terus berguncang.

Di tengah kedinginan, menyalakan api kecil agar tetap hangat. Tidak ada tempat untuk pergi dan mereka terlalu takut untuk kembali ke dalam rumah yang masih berdiri namun rusak akibat gempa.

Mereka mengaku telah menghabiskan dua malam seperti itu, duduk di kursi di luar, dalam cuaca dingin, tidak tidur semenit pun. 

Mereka juga sulit mendapatkan makanan. Toko roti tutup, bahkan jika Anda ingin membeli roti, Anda tidak dapat menemukannya.

"Saya berkeliling ke seluruh kota mencari makanan untuk anak-anak kami dan tidak dapat menemukan apa pun kecuali biskuit dan samoon [sejenis roti], dan itu juga mahal," paparnya.

Harga segala sesuatu melonjak dua hingga tiga kali lipat. Dia membeli lilin untuk penerangan di malam hari; yang kini dijual 15 lira [$0,80], dari harga biasanya hanya 4 lira [$0,20].

Masih belum ada listrik, belum ada air mengalir, belum ada gas, belum ada bahan bakar. Rumah sakit semua rusak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper