Protes Diplomatik
Sementara, China mengatakan balon itu adalah "pesawat" penelitian iklim yang tersesat. Namun, AS berpendapat itu adalah bagian dari program mata-mata yang lebih luas oleh Beijing.
Penembakan balon mata-mata menjadi pertanda hubungan AS dan China semakin tegang.
Kementerian Luar Negeri China merespons penembakan balon oleh jet tempur F-22 dengan rudal Sidewinder pada Sabtu (4/2/2023).
Pada Minggu (5/2/2023), Beijing mengutuk penembakan itu sebagai reaksi berlebihan dan China berhak menanggapi.
"China dengan tegas menentang dan memprotes keras hal ini," kata Wakil Menteri Luar Negeri Xie Feng, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri yang dirilis Senin (6/2/2023).
Xie mengajukan protes diplomatik resmi ke Kedutaan Besar AS di Beijing, kata kementerian itu.
Sambil mendesak AS menahan diri, China juga telah memperingatkan "dampak serius" dan mengatakan akan menggunakan cara yang diperlukan untuk menangani "situasi serupa," tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Penembakan balon tersebut memperpanjang episode saham China merugi, akibat dipicu kekhawatiran pembalasan ekonomi. Padahal, sebelumnya investor mengharapkan kunjungan yang relatif positif ke Beijing oleh Blinken.
“Kedua belah pihak kemungkinan akan memberlakukan lebih banyak larangan ekspor pada teknologi di industri yang berbeda,” tulis Iris Pang, Kepala Ekonom untuk China Raya di ING Groep NV, dalam sebuah catatan.