Bisnis.com, JAKARTA - Belum genap satu bulan tahun 2023 berlalu, warga Amerika Serikat (AS) sudah dirundung teror penembakan massal dengan senjata api. Jumlahnya tak main-main, tercatat ada 38 kasus penembakan di Negeri Paman Sam ini sejak awal tahun.
Kasus penembakan massal ini secara blak-blakan dilakukan di tempat umum, mulai dari rumah sakit, supermarket, sekolah, dan masih banyak lagi. Pelaku tragedi penembakan massal ini seakan tidak lagi mempedulikan berapa banyak korban jiwa yang akan berjatuhan, selain dari apa yang di targetkan.
Senator negara bagian California David Min bahkan menilai tidak ada tempat yang aman di AS dari kekerasan senjata.
"Ini harus dihentikan. Cukup sudah." kata David, sebagaimana dikutip dari New York Times, Rabu (25/1/2023).
Data Gun Violence Archive (GVA), sedikitnya 70 orang telah tewas dalam penembakan massal di seluruh AS sejak awal tahun.
Baca Juga
Berikut adalah kasus penembakan massal yang terjadi di seluruh AS pada awal tahun, dilansir dari Aljazeera:
1 Januari
Columbus, Ohio (satu tewas, empat luka-luka)
Ocala, Florida (dua tewas, empat luka-luka)
Chicago, Illinois (satu tewas, tiga luka-luka)
Miami Gardens, Florida (sembilan orang luka-luka)
Durham, North Carolina (lima orang terluka)
Allentown, Pennsylvania (empat orang luka-luka)
3 Januari
Washington, DC (satu tewas, tiga luka-luka)
New Orleans, Louisiana (lima orang luka-luka)
4 Januari
Cedar City (Enoch), Utah (delapan orang tewas)
Baltimore, Maryland (satu tewas, empat luka-luka)
Dumfries, Virginia (satu tewas, empat luka-luka)
5 Januari
New Orleans, Louisiana (dua tewas, tiga luka-luka)
Miami Gardens, Florida (10 orang terluka)
6 Januari
Dallas, Texas (tiga tewas, dua luka-luka)
San Francisco, California (satu tewas, tiga luka-luka)
7 Januari
Huntsville, Alabama (dua tewas, sembilan luka-luka)
High Point, North Carolina (lima orang tewas)
8 Januari
Minneapolis, Minnesota (empat orang terluka)
Albany, Georgia (empat orang terluka)
9 Januari
Philadelphia, Pennsylvania (tiga tewas, empat luka-luka)
Minneapolis, Minnesota (empat orang luka-luka)
Denver, Colorado (empat orang terluka)
13 Januari
Cleveland, Ohio (empat tewas, satu luka-luka)
14 Januari
Saint Louis (Moline Acres), Missouri (empat orang terluka)
15 Januari
Rockford, Illinois (tiga tewas, dua luka-luka)
Homestead, Florida (satu tewas, tiga luka-luka)
Phoenix, Arizona (empat orang terluka)
Houston, Texas (satu tewas, empat luka-luka)
16 Januari
Fort Pierce, Florida (satu tewas, tujuh luka-luka)
Goshen, California (enam orang tewas)
Sanford, Florida (satu tewas, lima luka-luka)
17 Januari
Houston, Texas (empat orang terluka)
21 Januari
Monterey Park, California (11 tewas, sembilan luka-luka)
22 Januari
Robinsonville (Tunica Resorts), Mississippi (empat orang terluka)
Baton Rouge, Louisiana (12 orang terluka)
Shreveport, Louisiana (delapan orang terluka)
23 Januari
Chicago, Illinois (dua orang tewas, tiga orang terluka)
Half Moon Bay, California (tujuh orang tewas, satu orang terluka)
Meskipun sudah banyak korban berjatuhan, pemilik senjata api di AS tidak bisa dikendalikan. Menurut penelitian, hampir 40 persen pria di negeri Paman Sam itu memiliki senjata api.
Kriminolog dari Universitas Alabama Lankford mengungkapkan sulit untuk menghitung jumlah pasti senjata yang terjual setiap tahun di Amerika Serikat, karena adanya perbedaan undang-undang negara bagian dan skenario pembelian.
Namun, data FBI tentang jumlah pemeriksaan latar belakang senjata api dapat menjadi ukuran. Berdasarkan jumlah tersebut, totalnya telah membengkak menjadi 40 juta pemeriksaan latar belakang pada tahun 2021 dari 10 juta pada tahun 2005.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel