Bisnis.com, JAKARTA - Gedung Putih merespons ancaman China yang akan melakukan tindakan balasan terkait kebijakan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain yang memberlakukan pembatasan Covid-19 bagi pendatang dari wilayahnya.
Sebelumnya, China mengecam kebijakan negara-negara lain yang secara tiba-tiba menerapkan pembatasan terkait Covid-19 bagi pendatang dari wilayahnya setelah Beijing menghentikan kebijakan Zero Covid dan menghapuskan aturan karantina.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (4/1/2022), Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengungkapkan tidak ada alasan khusus untuk untk tindakan balasan dari China.
"Hanya karena negara-negara di seluruh dunia mengambil langkah-langkah kesehatan yang bijaksana untuk melindungi warganya, itulah yang Anda lihat dari kami dan yang lainnya," katanya.
Menurutnya, pengambilan keputusan tersebut didasarkan pada kesehatan masyarakat dan sains, sehingga penerapan tersebut datang dari para ahli di AS dan negara-negara lain.
Seperti diketahui, AS dan negara-negara lain akan mewajibkan pendatang dari China untuk menunjukkan tes Covid-19 dengan hasil negatif sebelum masuk ke negaranya. Aturan tersebut akan diberlakukan mulai Kamis (5/1/2023).
Baca Juga
China menganggap aturan ketat pembatasan Covid-19 di negara-negara lain ini bermuatan politik.
"Kami percaya bahwa pembatasan masuk beberapa negara yang hanya menargetkan China tidak memiliki dasar ilmiah dan beberapa tindakan berlebihan tidak dapat diterima," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning.
Di China sendiri, kasus Covid-19 telah melonjak setelah negara itu meninggalkan kebijakan Covid Zero, sehingga besar kekhawatiran negara-negara lain akan terinfeksi varian virus baru.
Langkah pengetatan itu diterapkan saat China menghapus kebijakan Zero Covid setelah hampir tiga tahun. Sebelumnya, kebijakan ini membuat China sangat tertutup karena mengharuskan semua pendatang untuk melakukan isolasi selama berhari-hari di hotel.
Selain itu, negara-negara lain juga khawatir dengan kurangnya transparansi pemerintah China mengenai seberapa besar penyebaran Covid-19 di sana, sehingga kekhawatiran meningkat adanya penyebaran varian virus baru.
"Karena lonjakan kasus Covid-19 di China, dan kurangnya data genomik epidemiologis dan virus yang memadai dan transparan yang dicatat dari China, kami mengambil langkah-langkah proaktif untuk memperlambat penyebaran Covid-19 dan untuk waspada terhadap potensi varian Covid-19," ungkap juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.