Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengatakan bahwa China lebih memilih berdamai dalam menangani masalah dengan Taiwan.
Pihaknya meyakini bahwa China memiliki hak untuk mengambil tindakan untuk melindungi kedaulatan negaranya, terkait ketegangan dengan Taiwan.
“Kami percaya bahwa pihak China memiliki hak untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk melindungi kedaulatan dan keutuhan wilayahnya terkait masalah Taiwan," katanya seperti dilansir dari TASS, Selasa (3/1/2023).
Ia mengatakan bahwa hubungan kedua belah pihak, yakni China dengan Taiwan merupakan murni urusan dalam negeri China.
"Pada saat yang sama, kami menekankan bahwa hubungan kedua pihak di kedua sisi Selat Taiwan adalah sebuah murni urusan internal China," lanjutnya.
Adapun menurut Rudenko, sejauh ini China tetap memprioritaskan metode perdamaian untuk menyelesaikan masalah dengan Taiwan.
Baca Juga
"Sejauh yang kami pahami, China memprioritaskan metode damai untuk menyelesaikan masalah Taiwan," tambahnya, seperti dilansir dari TASS.
Rudenko mengingat bahwa akhir-akhir ini terjadi peningkatan ketegangan di sekitar Taiwan karena kegiatan provokatif dari Washington, AS.
"Situasi ini diperburuk secara serius ketika pada awal Agustus 2022 Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi pulau itu dan banyak perjalanan ke sana oleh pejabat Amerika, Jepang, dan Eropa menyusul," kata Rudenko.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa inisiatif legislatif AS untuk memperkuat kontak militer dan politik dengan Taipei memperburuk situasi di Selat Taiwan.
Adapun secara khusus, hal ini menyangkut terkait alokasi $2 miliar per tahun untuk dukungan keamanan Taiwan, termasuk pembelian senjata dan peralatan militer AS dalam skala besar pada 2023-2027.
“Beijing sangat menyadari bahwa pihak Rusia selalu mendukung RRT dalam masalah Taiwan. Kami berangkat dari asumsi bahwa hanya ada satu Tiongkok, bahwa pemerintah RRT adalah satu-satunya pemerintah yang sah yang mewakili seluruh Tiongkok, dan Taiwan adalah satu kesatuan, dan bagian dari itu," lanjut Rudenko.