Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Badan Kesehatan China menyampaikan bahwa skala infeksi Covid-19 di Negeri bambu tersebut makin sulit dan mengarah tidak mungkin untuk bisa dilacak.
Dikutip melalui Channel News Asia, otoritas kesehatan negara itu juga mengumumkan telah berhenti mencatat kasus tanpa gejala dalam penghitungan harian.
Hal ini disebabkan, kian melonjaknya kasus konfirmasi Covid-19, sehingga kedatangan warga ke rumah sakit dan klinik makin membeludak dan Covid-19 menyebar dengan cepat ke seluruh populasi setelah penghapusan strategi Nol-Covid secara tiba-tiba.
Alhasil, fenomena ini juga membuat pihak berwenang mendesak orang-orang untuk tidak mencari perawatan kesehatan darurat kecuali diperlukan.
Mereka juga mengumumkan peluncuran vaksin Covid-19 kedua untuk orang lanjut usia dan rentan.
Otoritas kesehatan juga mengakhiri pengujian massal dan pengujian rutin wajib yang merupakan pilar kebijakan ketat pengendalian wabah di Negeri Tirai Bambu itu.
Baca Juga
Dikutip melalui Guardian, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengumumkan tidak akan lagi melaporkan kasus tanpa gejala.
Sebagian besar periode pandemi Covid-19 di China, tetap melaporkannya sebagai kelompok terpisah dan biasanya jauh lebih besar.
“Banyak pasien tanpa gejala tidak lagi berpartisipasi dalam pengujian asam nukleat. Tidak mungkin untuk secara akurat mengetahui jumlah sebenarnya dari infeksi tanpa gejala,” kata NHC dikutip melalui Guardian, Rabu (14/12/2022).
Tidak hanya itu, Komisi itu secara resmi melaporkan hanya 2.291 kasus bergejala di seluruh China pada Selasa (13/12/2022), berbeda dengan laporan dari penduduk dan layanan kesehatan yang makin merajalela terutama di Beijing.
Outlet media resmi pemerintah China Daily juga melaporkan Beijing telah melihat peningkatan lebih dari enam kali lipat kunjungan ke rumah sakit dalam sepekan terakhir dan 16 kali lebih banyak ke klinik untuk gejala demam.