Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selain Gempa Garut, Ini Potensi Bencana Besar di Selatan Jawa

Pulau Jawa bagian selatan yang berada dalam wilayah cincin api menyimpan potensi bencana alam berupa gempa megathrust.
Gempa Megathrust/BMKG
Gempa Megathrust/BMKG

Bisnis.com, JAKARTA -- Gempa bermagnitudo 6,4 mengguncang pesisir selatan Jawa Barat, tepatnya di kawasan Garut. Tidak ada potensi tsunami. Sejauh ini juga belum terdapat laporan mengenai korban jiwa akibat gempa tersebut.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menegaskan gempa bumi yang terjadi di Garut, Jawa Barat tidak berkaitan langsung dengan aktivitas gempa yang sempat mengguncang Cianjur pekan lalu.

Daryono menerangkan pusat atau sumber gempa di Garut berada jauh di kedalaman 109 kilometer daratan Jawa Barat yang dipicu oleh aktivitas dalam lempeng Indo-Australia atau intraslab.

Di sisi lain, gempa yang terjadi di Cianjur dengan magnitudo M 5,6 itu disebabkan karena pergerakan aktif Sesar Cimandiri. Apalagi, morfologi wilayah Cianjur pada umumnya berupa dataran dan bergelombang yang tersusun dari endapan kuarter.

“Tidak ada kaitannya. Gempa Garut akibat patahan dalam slab lempeng Australia yang menujam ke bawah Jawa Barat di kedalaman 109 kilometer,” kata Daryono kepada Bisnis, Sabtu (3/12/2022).

Dengan posisi pusat gempa yang dalam itu, Daryono mengatakan, dampak yang ditimbulkan di permukaan tidak terlalu kuat jika dibandingkan dengan Cianjur.

“Masyarakat tidak perlu khawatir dengan gempa garut ini karena relatif dalam” tuturnya.

Dia menambahkan gempa bumi Garut itu memiliki mekanisme pergerakan geser atau strike-slip. Kendati demikian, dia menegaskan, gempa bumi menengah itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M6,1. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 7,44° LS ; 107,51° BT, atau tepatnya berlokasi di darat wilayah Mekarmukti, Garut, Jawa Barat pada kedalaman 109 km.

Potensi Megathrust 

Pulau Jawa bagian selatan yang berada dalam wilayah cincin api menyimpan potensi bencana alam berupa gempa megathrust.

Abdul Muhari, Plh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut potensi gempa hingga Magnitudo 8,5 bisa terjadi akibat aktivitas tektonik ataupun pertemuan zona lempeng.

"Kalau misalkan terjadinya 8,8 dan di dua segmen, segmen di bawah Banten dan di bawah Jawa Timur. Kira-kira akan ada tsunami di selatan Banten dan ada tsunami di selatan Jawa Timur sampai ke Yogyakarta," jelas Abdul pada Senin (8/8/2022) dalam kanal Youtube BNPB.

Abdul menambahkan, berdasarkan kemungkinan tersebut, wilayah di pesisir selatan Pulau Jawa berpotensi mengalami tsunami dengan ketinggian rata-rata hingga delapan meter. Ketinggian tersebut bersifat rata-rata, dimana di sebagian wilayah ada kemungkinan terjadi tsunami setinggi 20 meter, 18 meter, ataupun 10 meter.

Masyarakat di kawasan yang berpotensi mengalami tsunami akibat gempa megathrust itu diminta untuk waspada. Abdul menyebut, kecepatan gelombang tsunami berkisar di 2-5 meter per detik sehingga membahayakan keselamatan manusia.

"Kalau kita bicara evakuasi, jangan melihat misalkan peringatan dininya berpotensi 50 cm. 'Oh cuma 50 cm'. No. 50 cm tsunami bisa membunuh, karena tidak hanya tingginya, tapi arus tsunami sangat berbahaya untuk keselamatan manusia," jelas Abdul.

Abdul menambahkan, masyarakat juga mesti merespons peringatan dini tsunami dengan lebih responsif. Pasalnya, waktu emas evakuasi hanya berlangsung dalam hitungan yang singkat.

"Kalau di segmen sebelah barat, Jawa Barat dan Banten. Itu golden time kita 10-15 menit. Sedangkan kalau kita bicara di sebelah timur, selatan Yogyakarta, selatan Jawa Timur, maka golden time kita 20-30 menit," jelas Abdul.

Tak hanya meningkatkan kewaspadaan, masyarakat juga diminta untuk bisa menata bangunan di kawasan pesisir. Abdul menjelaskan bahwa gelombang tsunami bisa saja menggeser ataupun merobohkan bangunan di pesisir.

"Kalau kita punya rumah atau kalau kita berlibur di pinggir pantai, maka carilah hotel yang ketinggiannya lebih dari tiga lantai. Dimana lantai satu dan dua itu tidak untuk kamar. Tapi tempat parkir, restoran, yang kemudian tidak dibatasi dinding rigid semacam ini tapi kaca. Sehingga kalau terjadi tsunami maka airnya akan lewat, orang bisa lari ke atas," jelas Abdul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper