Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia FX Sudirman mengungkapkan bahwa pihaknya akan memroduksi hingga 5 juta dosis vaksin Covid-19 Inavac, hingga akhir tahun ini.
Sekadar informasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) untuk vaksin Inavac.
"Dalam sisi produksi, kita sudah berkomitmen kepada Kementerian Kesehatan [Kemenkes], sampai akhir tahun [2022] kita akan produksi 5 juta dosis," ujar Sudirman dalam konferensi pers daring, Jumat (4/11/2022).
Dia mengklaim, pada bulan ini, Kemenkes mengharapkan vaksin Inavac produksi PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia sudah dapat diberikan kepada masyarakat, sebab stok vaksin covid-19 semakin terbatas.
Oleh karenanya, Sudirman tak meragukan lagi keinginan politik dari pemerintah untuk menggunakan vaksin covid-19 produksi anak bangsa.
"Ini political will dari pemerintah untuk memakai vaksin dalam negeri, baik produksi kita maupun yang lain," ucapnya.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito mengatakan Inavac merupakan vaksin merah putih atau produksi Indonesia pertama yang mendapat persetujuan penggunaan.
"Ini adalah, alhamdulillah, 100 persen produksi dalam negeri dari peneliti Indonesia dengan nama Inavac," ujar Penny dalam konferensi pers daring, Jumat (4/11/2022).
Dia menjelaskan, berdasarkan hasil uji klinik, Inavac dapat digunakan sebagai vaksin covid-19 primer atau sebagai vaksin dosis pertama dan kedua dalam interval waktu penggunaan 28 hari. Selain itu, Inavac hanya boleh digunakan untuk orang berusia 18 tahun keatas.
Inavac, lanjutnya, dikembangkan oleh Universitas Airlangga (Unair). Lalu, pusat uji kliniknya dilakukan di Rumah Sakit Doktor Sutomo Surabaya. Sedangkan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia akan memproduksi massal vaksin Inavac.
Penny pun memastikan, BPOM telah telah mengawal proses pembuatan vaksin Inavac dari hulu hingga hilir.
"Badan POM telah mengawal pengembangan Vaksin Merah Putih Unair ini sejak pengembangan pre-klinik, uji klinik fase 1, 2 dan 3, proses produksi upstream downstream-nya, hingga formulasi dan fill finish, serta metode pengujian dalam bentuk direct coaching dan asistensi yang betul-betul melekat," jelas Penny.