Bisnis.com, JAKARTA – Hal menonjol dari hasil pemilu Israel adalah popularitas golongan sayap kanan mengalami lonjakan besar seperti yang dilaporkan BBC, Kamis (3/11/2022).
"Segalanya akan lebih baik sekarang. Ketika dia menjadi menteri keamanan publik, mereka akan lebih baik lagi," kata Julian, pendukung politisi Itamar Ben-Gvir.
Noam, salah satu pendukung Ben-Gvir lainnya, juga menyampaikan pernyataan serupa. Dia bahkan mengatakan kini Israel akan aman dari ‘orang-orang Arab’.
"Dia menginginkan yang terbaik untuk Israel. Dia ingin para teroris keluar," ujar Noam.
Ben-Gvir sendiri mengaku ingin berusaha untuk mengubah citra dirinya sebagai politisi yang lebih konvensional. Meski begitu, dia tidak mengubah semua retorika anti-Arab. Sebelumnya, dia pernah dianggap sebagai orang rasis di Israel.
"Sudah waktunya untuk menjadi tuan tanah negara ini lagi," katanya setelah exit poll diterbitkan pada Selasa (1/11/2022) malam.
Baca Juga
Di tempat yang berbeda, Benjamin Netanyahu tersenyum lebar ketika dia meramalkan kembalinya setahun setelah dirinya secara dramatis digulingkan dari jabatan Perdana Menteri Israel oleh koalisi besar para oposisinya.
Netanyahu mengatakan rakyat menginginkan pemerintahan yang memproyeksikan "kekuasaan, bukan kelemahan."
Dari hasil pemilu Israel, Netanyahu sekarang memang dapat membangun pemerintahan mayoritas yang stabil dengan sekutu Yahudi ultra-nasionalis dan ultra-Ortodoksnya.
Hasil pemilu tersebut juga akan mengakhiri hampir empat tahun kebuntuan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Israel telah terpecah karena tuduhan korupsi Netanyahu. Dia terus-terusan menyangkal kesalahan apa pun, menuduh lawan-lawannya melakukan perburuan politik.
Di sisi lain, Perdana Menteri caretaker saat ini, Yair Lapid, bersikeras bahwa orang Israel menginginkan politik "bebas dari hasutan dan kebencian".
Meski begitu, eksperimennya membangun koalisi pemerintah yang beragam secara ideologis, terdiri dari partai-partai sayap kanan, tengah, sayap kiri, dan Arab, pada akhirnya berumur pendek.
Masa jabatannya juga merupakan masa paling mematikan bagi warga Israel dan Palestina sejak 2015, di tengah meningkatnya kekerasan.
Pemerintahan Lapid dinilai kurang memperhatikan cara-cara penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Sementara itu, editor Majalah progresif +972, Haggai Mattar,, mengatakan hasil pemilu ini juga telah melihat penurunan lebih lanjut untuk dukungan partai-partai sayap kiri Israel.
"Orang-orang sayap kiri Israel sekarang perlu meluangkan waktu untuk berhenti sejenak dan memikirkan bagaimana negara ini bisa sampai seperti ini," ujar Mattar.
Anshel Pfeffer, seorang jurnalis untuk surat kabar Haaretz, mengatakan hasil pemilu terbaru hanya mengungkap apa yang sudah menjadi tren yang jelas.
"Ada perang budaya di Israel antara apa yang akan dilihat beberapa orang sebagai sisi yang lebih liberal dan terbuka dari masyarakat Israel versus sisi yang lebih religius dan ekstrem dari masyarakat Israel dan Yahudi," kata Pfeffer.
Oleh sebab itu, Netanyahu dinilai mampu memanfaatkan pergeseran prefensi politik masyarakat Israel ke arah kanan. Tak heran dia dapat kembali menjabat.
Para ultra-nasionalis Israel kini mungkin akan sulit dikendalikan, tulis laporan BBC.