Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Korea Utara secara diam-diam memasok sejumlah peluru artileri ke Rusia untuk perang melawan Ukraina.
Juru bicara (jubir) Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby pada Rabu (2/11/2022) menyampaikan bahwa Korea Utara berusaha mengalihkan pengirimannya dengan menyalurkan melalui negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara.
"Indikasi kami adalah bahwa mereka diam-diam memasok dan kami akan memantau untuk melihat apakah pengiriman telah diterima," kata Kirby.
Atas indikasi tersebut, Kirby juga menyatakan bahwa Washington akan berkonsultasi dengan PBB terkait pertanggungjawaban atas pengiriman tersebut.
"Kami memiliki perasaan ke mana mereka akan mentransfer peluru ini," kata Kirby, seperti dilansir dari Channel News Asia pada Kamis (3/11/2022).
Juru bicara (Jubir) Departemen Luar Negeri AS, Ned Price menyarankan untuk adanya sanksi yang menjadi salah satu opsi, seperti dalam kasus penyediaan senjata Iran ke Rusia.
Baca Juga
“Sama seperti kami menggunakan setiap alat dan akan menggunakan setiap alat untuk melawan penyediaan senjata Iran ke Rusia, kami akan melakukan hal yang sama ketika menyangkut penyediaan senjata DPRK ke Rusia,” kata Price.
AS memberlakukan sanksi terhadap Iran pada September lalu, usai perusahaan Iran diduga mengirimkan pesawat tak berawak Iran ke Rusia dan tiga perusahaan lain yang terlibat dalam produksi pesawat.
"Dan itu tentu saja tidak akan mengubah kalkulus kami atau dengan begitu banyak sekutu dan mitra kami tentang jenis kemampuan yang akan terus kami berikan kepada Ukraina," kata Kirby.
Kirby menyampaikan bahwa pengiriman dari Korea Utara itu sebagai tanda tak hanya kesediaan Pyongyang untuk mendukung Rusia, tetapi juga Moskow yang kekurangan amunisi disebabkan oleh sanksi dan kontrol ekspor dari AS.
Sementara itu, pihak Korea Utara pada September lalu, bersikeras mengatakan tidak pernah memasok senjata atau amunisi ke Rusia dan tidak memiliki rencana untuk melakukannya.
Pihak Korea Utara juga memperingatkan AS untuk tutup mulut dan berhenti menyebarkan desas-desus yang bertujuan untuk menghancurkan citra negaranya.