Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menegaskan bahwa sebagai upaya meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara, saat ini Indonesia dan Persatuan Emirat Arab (PEA) tengah mempercepat proses ratifikasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang ditandatangani di Abu Dhabi pada Juli lalu.
Terkait hal ini, Wapres berharap proses ratifikasi oleh kedua negara dapat dituntaskan sebelum kunjungan Presiden PEA Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) ke Indonesia dalam KTT G20 pada pertengahan November 2022.
“Kami harapkan nanti ketika beliau datang ke Indonesia, detail-detail hasil ratifikasi sudah tersepakati,” katanya di Hotel Emirates Palace usai melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden MBZ di Istana Al Shatie Abu Dhabi, Rabu (2/11/2022).
Tidak hanya dalam bidang ekonomi, Ma’ruf juga mengharapkan kerja sama dalam bidang pendidikan juga terus ditingkatkan terutama terkait rencana pembangunan School of Future Studies di Indonesia.
“Ilmu pengetahuan yang berorientasi ke depan sedang kita rumuskan kerja sama itu, juga tentang teknologi,” ujarnya.
Apabila kerja sama ini dapat diwujudkan, menurutnya Indonesia akan memiliki model sekolah yang sangat modern.
Terkait CEPA, Duta Besar Indonesia untuk PEA Husin Bagis menambahkan bahwa CEPA Indonesia-PEA merupakan perjanjian dagang yang paling cepat disepakati yakni hanya 9 bulan, karena didorong oleh kedua kepala negara secara langsung.
“Targetnya kalau sekarang ini [nilai perdagangan] oleh kedua negara kurang lebih US$4 miliar, yakni ekspor kita US$2 miliar dan impor kita juga US$2 miliar,” imbuhnya.
Menurut Husin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah menginstruksikan agar setelah adanya CEPA, nilai perdagangan Indonesia-PEA dapat meningkat 3 hingga 4 kali lipat.
“Kaitan dengan ratifikasi, PEA telah melaksanakan, tinggal kita sekarang mendesak melalui Kementerian Perdagangan kalau bisa sebelum KTT G-20 sudah selesai juga, sehingga pada 1 Januari tahun depan bisa diimplementasikan,” harapnya.
Adapun, salah satu keuntungan nyata yang diharapkan dengan ratifikasi CEPA, tutur Husin, adalah peningkatan hasil ekspor Indonesia ke depan.
“Contoh yang paling gampang, PEA mengimpor perhiasan emas dari seluruh dunia itu mencapai US$1,5-US$2 miliar setahun, dari Indonesia hanya kurang lebih US$200 juta, kecil sekali. Kenapa dari Singapura bisa mencapai US$1,2 miliar, kenapa dari Indonesia kecil? Karena Singapura sudah jauh sebelumnya bicara Free Trade Agreement (FTA) dengan PEA,” urainya.
Oleh karenanya, sambung Husin, dengan adanya CEPA yang memungkinkan adanya FTA, peningkatan ekspor Indonesia ke PEA diyakini akan terjadi.
“Tidak hanya emas, tentu ada kelapa sawit, ban, dan lain-lain yang juga akan mengenakan aturan FTA 0 persen,” ujar Husin.