Bisnis.com, JAKARTA – Ratu Elizabeth II meninggal dunia di usia 96 tahun pada Kamis (8/9/2022) waktu Inggris, setelah kondisi kesehatannya dikabarkan semakin memburuk. Ia menjadi pemimpin kerajaan terlama di Inggris sepanjang sejarah.
“Ratu meninggal dengan tenang di Balmoral sore ini,” demikian pernyataan keluarga kerajaan di Twitter @RoyalFamily.
Ratu Elizabeth naik tahta pada tahun 1952 dan memimpin Inggris melalui masa pergolakan politik. Ia mengakhiri masa pemerintahannya selama 70 tahun, yang disebut sebagai Platinum Jubilee.
Sejak tahun 2015, Ratu Elizabeth menjadi pemimpin terlama di Inggris setelah melampaui rekor Ratu Victoria yang berkuasa dari tahun 1837 hingga 1901. Suaminya, Pangeran Philip, meninggal pada April 2021 di usia 99.
Dilansir Bloomberg pada Jumat (9/9/2022), Elizabeth Alexandra Mary Windsor lahir pada 21 April 1926, di distrik Mayfair London. Awalnya, ia tidak bisa mengucapkan nama aslinya dan menyebut dirinya sebagai Lilibet. Nama ini kemudian menjadi nama panggilan yang banyak digunakan oleh kerabat dekat.
Elizabeth adalah putri sulung Pangeran Albert, Duke of York, dan istrinya Lady Elizabeth Bowes-Lyon. Sebagai anak dari putra kedua Raja George V, kesempatan Elizabeth naik takhta sangatlah kecil.
Namun, kehidupan Ratu Elizabeth berubah saat ia berusia 10 tahun. Pamannya, Edward VIII, menyerahkan mahkota kerajaan agar dia bisa menikahi Wallis Simpson, seorang janda cerai Amerika. Edward kemudian menyerahkan takhta pada Ayah Elizabeth, Pangeran Albert, yang menjadi Raja George VI pada 11 Desember 1936. Sejak saat itu, ia menjadi pewaris takhta.
Pendidikan Elizabeth diawasi oleh ibunya, yang mempercayakan putrinya kepada seorang pengasuh, Marion Crawford. Pengasuhnya mengatakan ia merupakan pribadi yang sangat menyenangkan.
Selama Perang Dunia II dia dan saudara perempuannya, Putri Margaret Rose, terpaksa menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan aman jauh dari serangan London dan berpisah dari orang tua mereka, yang tinggal di Kastil Balmoral di Skotlandia dan di Royal Lodge, Windsor, dan Kastil Windsor.
Pada tahun 1945 menjelang akhir PDII, Elizabeth diizinkan untuk bergabung dengan Auxiliary Territorial Service, cabang wanita tentara Inggris, sebagai letnan dua. Ia menjadi anggota wanita pertama dari keluarga kerajaan yang menjadi anggota penuh waktu. Dia mengambil kursus mengemudi dan perawatan kendaraan selama enam pekan, belajar mengemudikan truk konvoi, dan membongkar mesin.
Setelah perang usai, sang putri menjelaskan bahwa dia jatuh cinta dengan Pangeran Philip dari Yunani, yang dia temui pada tahun 1939 ketika keluarga kerajaan mengunjungi Dartmouth Naval College. Keduanya bertunangan pada Juli 1947 dan menikah empat bulan kemudian di Westminster Abbey. Philip menjadi Duke of Edinburgh. Pangeran Charles sang pewaris takhta, lahir setahun kemudian.
Menjadi Pemimpin Monarki Inggris
Kerajaan Inggris mulai runtuh setelah perang usai. India melepaskan diri dari kekuasaan Inggris pada Agustus 1947, Burma yang sekarang dikenal sebagai Myanmar, meraih kemerdekaan pada 1948, dan Irlandia mendeklarasikan dirinya sebagai republik pada 1949.
Pada 1952, Raja George VI meninggal dunia. Elizabeth yang saat itu sedang dalam perjalanan ke Kenya segera terbang kembali ke Inggris. Kemudian ia segera disambut sebagai ratu oleh Winston Churchill saat dia turun dari pesawatnya.
Elizabeth resmi diangkat sebagai Ratu Inggris di Westminster Abbey pada Juni 1953 dalam sebuah upacara yang disiarkan televisi, yang ditonton oleh lebih dari 20 juta orang, setengah dari populasi orang dewasa Inggris.
Meskipun peran raja sebagian besar seremonial dan Ratu Elizabeth hampir tidak memiliki suara dalam masalah pemerintahan, dia bertemu setiap perdana menteri sepekan sekali untuk berdiskusi secara rahasia. Pertemuan ini memberinya perspektif unik tentang kehidupan bangsanya.
Perdana menteri terakhirnya, Liz Truss, diundang ke Kastil Balmoral pada 6 September.
Dalam setiap pertemuan mingguan itu, sang ratu mendengarkan keprihatinan atas kebijakan dalam dan luar negeri dan membantu kelancaran hubungan diplomatik dengan menjamu para pemimpin dunia.
Pada tahun-tahun awalnya sebagai penguasa, Ratu Elizabeth menjalin hubungan dekat dengan Churchill. “Seperti ayahnya, dan kakeknya, dia adalah seorang konservatif alami,” tulis penulis biografi Ratu Elizabeth Kenneth Harris, seperti dikutip Bloomberg.
Ia memulihkan popularitasnya secara menyeluruh setelah periode kritik pada 1990-an, yang memuncak saat kemarahan media atas tanggapan diam keluarga kerajaan terhadap kematian Putri Diana pada tahun 1997.