Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto menjadi bahan rundungan publik karena salah menyimpulkan terkait kasus penembakan Brigadir J yang melibatkan mantan Kadiv Propam Ferdy Sambo.
Pada masa awal kasus tersebut terungkap publik, Benny menegaskan bahwa tidak ada kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir J. Benny mempercayai hasil investigasi Polres Jakarta Selatan yakni Brigadir J tewas dalam sebuah baku tembak dengan Bharada E.
Faktanya, baku tembak di antara keduanya merupakan skenario belaka yang diotaki oleh Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.
Atas kesalahannya itu, Benny mengaku malu karena termakan cerita bohong skenario Ferdy Sambo, yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka.
"[Saya] malu, karena apa? Malu karena di-bully. Padahal bully-annya hanya sepotong dialog yang kemudian ditambah narasi dan diviralkan,” ujar Benny melansir dari Kompas TV, Jumat (12/8/2022).
Rasa malu tersebut juga dibarengi dengan rasa marah karena dirinya telah dibohongi mentah-mentah oleh Ferdy Sambo lewat skenario baku tembak yang tak pernah terjadi.
Baca Juga
“Sebagai manusia tentu kita malu dan saya marah sekali dengan yang membuat skenario ini karena saya jadi korban,” imbuhnya.
Lebih lanjut, soal kesalahannya tersebut Benny berdalih bahwa informasi yang disampaikannya kepada publik merupakan informasi resmi alias yang dinilai paling kredibel yakni pernyataan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto.
"Dalam kasus Duren Tiga, Kompolnas sudah berusaha klarifikasi dan datang ke Kapolres Jakarta Selatan untuk mendapatkan penjelasan tentang penanganan kasus. Penjelasan Kapolres tersebut kemudian yang Kompolnas sampaikan ke publik karena sumbernya resmi," tutur Benny kepada Bisnis, Rabu (10/8/2022).
Menurut Benny, kesalahan sumber informasi itulah yang membuatnya merasa menjadi korban. Dia pun memastikan bahwa Kompolnas akan selalu berusaha netral dalam menengahi sebuah kasus.
"Kesan seperti itu [dianggap membela Sambo] mungkin muncul di masyarakat, tetapi kami Kompolnas selalu berada di posisi netral," ujarnya.
Hal itu dibuktikannya dengan mengunjungi langsung keluarga Brigadir J di Jambi untuk mendengarkan langsung keluh kesah atau temuan kejanggalan dari mereka.
Pengecohan Psikologis oleh Ferdy Sambo
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut Irjen Ferdy Sambo sempat mengundang Kompolnas sebelum kasus penembakan Brigadir J atau Nopriansyah Yosua mencuat.
Menurutnya, ada pengecohan psikologis yang dilakukan Sambo dengan bertemu dengan Kompolnas. Dalam pertemuan itu, sambung Mahfud, Sambo menangis terisak sambil mengaku dizalimi sebagai bentuk pengondisian agar skenario kematian Brigadir J adalah akibat baku tembak.
"Itu sudah ada jebakan psikologis kepada orang tertentu bahwa itu tembak menembak. Siapa itu satu, Kompolnas, Kompolnas hari Senin diundang ke kantornya hanya untuk nangis di depan Kompolnas. 'Saya teraniaya, sendiri ada di situ saya tembak habis dia' 'apa yang terjadi pak' 'waduh saya terhina saya dizalimi' nangis-nangis gitu," kata Mahfud dalam tayangan Podcast Deddy Corbuzier, dikutip Jumat (12/8/2022).
Mahfud menilau, tangisan Sambo di depan Kompolnas adalah upaya pengondisian psikologis agar ada orang yang membela Sambo. Tak hanya itu, Sambo juga diketahui menghubungi sejumlah orang di antaranya anggota DPR RI untuk melakukan hal serupa.
Namun, Menko Polhukam enggan menyebutkan siapa anggota DPR yang Sambo coba hubungi meskipun akhirnya tidak mendapatkan respons.