Bisnis.com, JAKARTA--Peluang masuknya partai baru yang belum pernah ikut pemilu ke parlemen seperti Partai Gelora dan Partai Kebangkitan Nusantara pada Pemilu 2024 sangat terbuka asalkan mampu membangun relasi antara parpol dan masyarakat.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indo Barometer Muhammad Qodari berpendapat relasi antara parpol dengan pemilih seperti produk dengan konsumennya.
Menurutnya, setiap produk memiliki karakter yang cocok bagi konsumen tertentu sehingga dalam persaingan politik tidak ada parpol yang cocok dengan semua pemilih.
"Sebab, kata kunci untuk mendapatkan suara pemilih bukan pada gagasan, melainkan relasi antara penyampai gagasan dengan pemilih," ujar Qodari dalam acara Gelora Talk yang digelar secara virtual bertajuk "Peluang Partai Baru Pada Pemilu 2024 : Narasi Vs Pragmatisme', Kamis (10/8/202).
Dia mengakui pada Pemilu 2024, polarisasi segmen pemilih agama dan nasionalis masih akan muncul sehingga parpol harus benar-benar mampu melakukan segementasi pemilih.
Menurutnya, parpol pemilik suara terbesar adalah yang memiliki relasi terbanyak dengan pemilih. Sedangkan pada sisi lain, parpol juga harus punya sosok figur pendulang suara seperti tokoh nasional, tokoh lokal dan kader parpol yang militan dan mampu membangun relasi tersebut.
Baca Juga
Sedangkan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Median Rico Marbun dalam diskusi itu mengatakan bahwa kondisi krisis global saat ini memberikan peluang partai baru menjadi pilihan, khususnya di tengah masyarakat yang merasakan kesulitan ekonomi.
"Harapan hadirnya perubahan baru sangat dinantikan masyarakat. Seperti kontrak rumah, yang bisa diisi orang berbeda-beda dalam lima tahunan. Wadahnya sama, namun penghuninya bisa bergantian," kata Rico Marbun. Menurutnya, partai-partai yang mengedepankan pragmatisme masyarakat, ternyata gagal dalam menjamin kemenangan dalam beberapa pemilu terakhir.
Hal senada disampaikan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Bona Simanjuntak. Menurut Bona, sebagai partai baru, PKN perlu memperkenalkan dirinya melalui narasi.
PKN, kata Bona, memiliki narasi nusantara dalam pembangunan dengan menggerakkan semangat kedaerahan. Sebab, politik itu juga dibangun diatas narasi-narasi masing-masing. Seperti Orde Lama dibangun narasi nasionalisme, Orde Baru dengan narasinya pembangunan, serta Orde Reformasi dibangun dengan narasi liberalisme dan kapitalisme.