Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan gas milik negara Rusia kemarin mengumumkan pengurangan pasokan gas secara drastis dan tidak terduga ke Eropa. Hal ini memicu Ukraina menyerukan negara Barat untuk bertindak menghadapi "perang gas".
Pengurangan aliran gas itu terjadi di tengah harapan untuk melanjutkan ekspor komoditas utama lainnya minggu ini. Sebelumnya Ukraina dan Rusia sepakat melanjutkan ekspor gandum lewat pelabuhan Odessa, namun Rusia menyerang kawasan itu dengan dalih ada kapal militer di sana.
Perusahaan gas Gazprom, raksasa energi Rusia, menyatakan pihaknya memotong pengiriman harian gas ke Eropa melalui pipa Nord Stream menjadi 33 juta meter kubik per hari. Jumlah itu hanya sekitar 20 persen dari kapasitas pipa mulai Rabu besok.
Pihak perusahaan menyatakan pengurangan aliran gas itu adalah karena perusahaan hanya mengoperasikan salah satu dari dua turbin akibat masalah "kondisi teknis mesin".
Akan tetapi Jerman, yang sangat bergantung pada gas Rusia, namun mulai berhenti secara bertahap memasok gas Rusia setelah invasi Moskow 24 Februari ke Ukraina, menyatakan tidak ada pembenaran teknis untuk pemotongan aliran gas tersebut.
Perusahaan Jerman Siemens Energy, yang ditugaskan untuk memelihara turbin, juga menyatakan "tidak ada hubungan antara turbin dan pemotongan gas".
Baca Juga
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa pemotongan tersebut menunjukkan bahwa Eropa harus meningkatkan sanksi terhadap Rusia.
"Ini adalah perang gas terbuka yang dilancarkan Rusia melawan Eropa yang bersatu," kata Zelenskyy seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (26/7).
Presiden itu menyatakan Rusia tidak peduli apa yang akan terjadi pada rakyat, bagaimana mereka akan menderita atau kelaparan karena pelabuhan yang diblokir saat musim dingin. Ini hanya bentuk teror yang berbeda," katanya dalam pesan video harian.
"Itu sebabnya kamu harus memukul balik. jangan pikirkan bagaimana mengembalikan turbin, tetapi perkuat sanksinya," katanya.
Pengumuman Rusia datang pada hari yang sama ketika Ukraina mengumumkan menerima untuk tahap pertama dari 15 sistem anti-pesawat Gepard dan puluhan ribu peluru dari Jerman.