Bisnis.com, JAKARTA - Universitas Wuhan di China melaporkan temuan kasus kolera minggu ini. Alhasil, temuan ini mendorong pihak berwenang untuk melacak kontak di sekitar universitas.
Kebijakan ini harus diambil guna membendung potensi penyebaran lebih lanjut. Departemen Kesehatan Distrik Wuhan sendiri mengatakan telah mengumpulkan sampel.
Selain itu, pelacakan kontak dan penutupan beberapa tempat untuk melakukan disinfeksi telah dilakukan. Hal ini dilakukan setelah siswa terinfeksi dengan penyakit tersebut.
"Tidak ada kasus lebih lanjut yang terdeteksi sejauh ini," ungkap Departemen Kesehatan Wuhan, dilansir Bloomberg, Senin (11/7/2022).
Kolera - penyakit mematikan yang menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan menyebabkan diare akut - relatif jarang terjadi di China.
Adapun, pihak berwenang China hanya menemukan satu kasus pada Maret 2022 dan lima terdeteksi tahun lalu.
Kabar kemunculan kolera di Wuhan, tempat lahir Covid-19, menyebar ketika sistem kesehatan China menghadapi pengawasan ketat setelah wabah Covid-19 memicu lockdown beberapa bulan lalu.
Universitas Wuhan mengatakan dalam sebuah pernyataan telah mengkarantina tiga orang yang kontak dekat dengan pasien dan menguji sekitar 250 orang selama akhir pekan.
Saat ini, sekolah beroperasi seperti biasa. China mengklasifikasikan kolera sebagai penyakit 'Kelas A', sebutan untuk penyakit menular dengan kategori terkuat dan hanya dimiliki oleh wabah pes.
Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak akan memiliki gejala atau gejala ringan dan dapat diobati dengan rehidrasi oral, meskipun kolera dapat membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).