Bisnis.com, JAKARTA- Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) segera membuat fatwa mengenai penggunaan ganja untuk kesehatan.
Menurutnya, meskipun fatwa MUI selama ini melarang penggunaan ganja, namun lembaga tersebut perlu membuat pengecualian apabila untuk medis.
“Saya minta MUI nanti segera membuat fatwanya untuk dipedomani, jangan sampai berlebihan dan menimbulkan kemudaratan,” kata Ma’ruf dalam keterangan resminya, Rabu (29/6/2022).
Ma'ruf menambahkan fatwa tersebut nantinya bisa dijadikan pedoman untuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam menyikapi wacana pemanfaatan ganja untuk kebutuhan medis.
"Karena ada berbagai spesifikasi itu ya ganja itu. Ada varietasnya. Supaya MUI nanti buat fatwa yang berkaitan dengan varietas-varietas ganja itu," katanya.
Lalu apa sebenarnya manfaat ganja untuk kesehatan atau medis?
Baca Juga
Melansir laman Harvard University, Dokter, Pendidik, dan Spesialis Ganja di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Peter Grinspoon, MD mengungkap bahwa ganja memiliki 100 senyawa aktif, termasuk cannabidiol (CBD) dan tetrahydrocannabinol (THC). Menurutnya ganja dengan strain dominan CBD dan memiliki sedikit atau tidak ada THC tidak membuat mabuk.
Menurutnya banyak pasien yang melaporkan banyak manfaat dari CBD. Mulai dari menghilangkan insomnia, kecemasan, kelenturan, dan rasa sakit hingga mengobati kondisi yang berpotensi mengancam jiwa seperti epilepsi.
Salah satu bentuk epilepsi pada anak-anal tertentu yang disebut sindrom Dravet hampir tidak mungkin dikendalikan, namun merespons secara terhadap jenis ganja yang dominan CBD-nya yang disebut Charlotte's Web.
Grinspoon melanjutkan penggunaan ganja medis yang paling umum di Amerika Serikat adalah untuk mengontrol rasa sakit. Dia mengatakan bahwa itu lebih aman daripada opiat karena idak mungkin membuat overdosis dan jauh lebih tidak membuat ketagihan.
Menurutnya ganja dapat menggantikan NSAID seperti Advil atau Aleve. Terlebih untuk orang-orang yang tidak dapat meminumnya karena masalah ginjal atau bisul atau GERD .
Dia melanjutkan bahwa sebagian pasiennya mengatakan bahwa ganja mampu mengurangi getaran akibat penyakit Parkinson.
"Saya juga telah mendengar tentang penggunaannya yang cukup berhasil untuk fibromyalgia, endometriosis, interstitial cystitis , dan sebagian besar kondisi lain di mana jalur umum terakhir adalah nyeri kronis," katanya.
Penelitian lain mengungkapkan penggunaan ganja untuk gangguan PTSD (post-traumatic stress disorder) pada veteran yang kembali dari zona pertempuran. Banyak veteran dan terapis mereka melaporkan peningkatan drastis dan tuntutan untuk studi lebih lanjut, dan untuk melonggarkan pembatasan pemerintah pada studinya.
Ganja medis juga dilaporkan membantu pasien yang menderita sindrom nyeri dan wasting yang terkait dengan HIV, serta sindrom iritasi usus besar dan penyakit Crohn.