Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan perang Rusia vs Ukraina adalah 'permainan menunggu' dan dia bersiap untuk bertemu dengan sekutu di Eropa
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan tidak takut aliansi Barat retak saat perang Rusia vs Ukraina berlanjut.
Dia memperingatkan konflik yang berlarut-larut akan membuka jalan untuk pembahasan ke depannya dengan sekutu KTT NATO, pada minggu depan di Madrid.
"Saya tidak takut," katanya ketika ditanya tentang potensi kereta di antara sekutu AS di Eropa, seperti dikutip dari, Rabu (22/6/2022).
Biden akan berangkat pada Sabtu untuk menghadiri KTT G7 di Jerman diikuti oleh pertemuan NATO di Spanyol. Pertemuan tersebut juga akan membahas perang Rusia vs Ukraina.
Update Korban Meninggal Perang
Administrasi Militer Kharkiv mengatakan 15 orang tewas dan 16 terluka di seluruh wilayah tersebut. Dalam sebuah postingan di Telegram, Oleh Syniehubov mengatakan sebanyak 6 orang tewas di Chuhuiv, 5 orang tewas di Kharkiv, 3 orang di Zolovhiv dan seorang gadis berusia 8 tahun dari Derhachi.
Pajabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan Rusia sama sekali tidak akan kembali ke status quo sebelum perang. Pejabat ini tidak berbicara secara eksplisit tentang masa depan hubungan diplomatik dengan Rusia.
Amerika menilai bahwa Rusia vs Ukraina sudah memiliki ketegangan sejak Februari 2022. Duta Besar AS untuk Rusia, John Sullivan mengaku lebih jarang berbicara dengan kementerian luar negeri Rusia daripada sebelumnya.
Pejabat asal AS mengaku kesulitan saat berkomunikasi dengan Rusia, sebab Rusia menerapkan proses berbelit-belit yang mencegah kontak cepat dengan para tahanan.
“Oh, ya, kami memindahkan tahanan X minggu lalu. Dia ada di sisi lain Moskow dan Anda akan membutuhkan formulir yang berbeda, dalam rangkap tiga, tapi kantor tutup sampai Kamis depan. Jumat hanya bukan sampai jam 5 sore saja,” kata pejabat itu, menjelaskan jenis rintangan yang dibuat oleh pejabat AS oleh Rusia.
Pejabat tersebut berbicara tentang dampak komersial perang di Rusia, mencatat bahwa ada lebih dari 1.000 perusahaan AS yang melakukan bisnis di Rusia tahun lalu dan sekarang hanya sebagian kecil.
Duta besar AS juga telah banyak membantu bisnis AS di Rusia yang mendapat masalah terkait peraturan atau potensi masalah kriminal. Mereka mengatakan Sullivan memiliki "banyak interaksi" dengan menteri Perdagangan dan Perindustrian, sehingga bisa membangun hubungan yang cukup baik.