Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie mengatakan meski perang Rusia-Ukraina telah berlagsung hingga 111 hari, namun masih sulit memprediksi kapan perang itu akan berakhir.
Menurutnya, salah satu penyebab sulitnya untuk mengakhiri perang itu adalah faktor karakter sistem pertahanan Rusia yang cenderung melakukan invasi atau serangan ke negara lain sejak dahulu.
Selain itu, mesin perang Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin juga sulit untuk dihentikan karena latar belakang permusuhan dengan Amerika Serikat (AS) pada masa Era Uni Soviet.
"Rusia itu termasuk negara yang sering berperang. Rusia itu perang rata-rata setiap 32 tahun sekali dan memiliki sumber daya yang sangat besar," ujarnya pada acara disksui virtual bertajuk "Bagaimana Dampak Perang Rusia-Ukraina pada Ekonomi Dunia" yang diadakan Partai Gelora Indonesia, Rabu (15/6/2022).
Turut jadi nara sumber pada acara diskusi itu mantan Dubes Indonesia untuk China Imron Cptan dan Ekonom Senior Fadhil Hasan dari INDEF dengan keynote speech Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta.
Menurutnya, perang kedua negara bekas Uni Soviet itu selain sulit diprediksi juga akan menjadi titik balik pembangunan dan pertumbuhan ekonomi selama 30 tahun terakhir.
Demikian juga dengan infrastruktur keamanan global akibat terancamnya sistem pasok dunia.
Menurutnya, perang kedua negara akan membuat tatanan perdagangan dunia akan terganggu karena akan berubahnya sistem geopolitik global.
Sementara itu, Anis Matta mengatakan salah satu dampak dari perang kedua negara itu yang dirasakan Indonesia saat ini adalah inflasi.
Indonesia mengalami angka inflasi yang cukup tinggi yang terlihat dari peningkatan harga kebutuhan.
Dampak itu, ujarnya, juga dirasakan oleh seluruh dunia, terutama akibat terganggunya sistem perdagangan dunia.