Skenario Perang di Laut
China memiliki angkatan laut terbesar di dunia, dengan sekitar 360 kapal tempur. Jumlah itu lebih besar dari armada AS yang hanya di bawah 300 kapal.
Beijing juga memiliki armada kapal dagang tercanggih di dunia, kapal penjaga pantai terbanyak dan kapal penangkap ikan semi-militer yang mampu memberikannya akses ke ratusan kapal tambahan yang dapat digunakan untuk mengangkut ratusan dari ribuan tentara China. Karena itu, China akan membutuhkan invasi amfibi dengan persediaan dalam jumlah besar.
“Agar Beijing memiliki prospek kemenangan yang masuk akal, PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) harus memindahkan ribuan tank, senjata artileri, kendaraan personel lapis baja, dan peluncur roket bersama pasukan untuk menyeberang," kata analis Ian Easton, Direktur Senior di Project 2049 Institute sebagaimana dikutip CNN.com, Sabtu (11/7/2022).
Dia mengatakan, China akan menempuh jarak 177 kilometer lewat Selat Taiwan yang akan menjadi misi berbahaya di mana kapal-kapal yang membawa pasukan dan peralatan itu akan menjadi sasaran empuk.
"Pemikiran tentang China menyerang Taiwan, itu adalah pembantaian bagi Angkatan Laut China," kata Phillips O'Brien, profesor studi strategis di Universitas St. Andrews, Skotlandia.
Alasannya, Taiwan telah menimbun rudal anti-kapal berbasis darat yang murah dan efektif, mirip dengan Neptunus yang digunakan Ukraina untuk menenggelamkan kapal penjelajah Rusia Moskva di Laut Hitam pada April lalu.
"Taiwan memproduksi barang-barang ini secara massal dan bisa mengerahkan semua kekuatannya," kata O'Brien.
Dia kemudian membandingkan rudal permukaan-ke-kapal milik Taiwan yang berbiaya murah dalam jumlah banyak dan mampu menyerang kapal perang China yang mahal.
Memang China bisa memenangkan perang mengingat keunggulan numeriknya dan bersiap menerima kerugian yang sepadan, kata Thomas Shugart, mantan kapten kapal selam Angkatan Laut AS dan sekarang menjadi analis di Center for a New American Security.
"Akan ada ratusan bahkan ribuan kapal (China) di sana untuk melayani rudal Taiwan," kata Shugart.
Selain rudal, China akan menghadapi rintangan logistik besar-besaran dalam mendaratkan cukup banyak tentara. Teori militer konvensional menyatakan bahwa kekuatan penyerang harus melebihi jumlah musuh 3 banding 1.
"Dengan kekuatan pertahanan potensial 450.000 orang Taiwan hari ini China akan membutuhkan lebih dari 1,2 juta tentara dari total kekuatan aktif lebih dari 2 juta yang harus diangkut dalam ribuan kapal," kata Howard Ullman, mantan perwira Angkatan Laut AS dan profesor di US Naval War College.
Dia memperkirakan operasi semacam itu akan memakan waktu berminggu-minggu untuk meluncurkan invasi amfibi skala penuh ke Taiwan.