Bisnis.com, JAKARTA — Sekitar 800 warga sipil terperangkap di zona industri Azot wilayah Severodonetsk yang telah terkepung akibat Rusia menolak untuk menegosiasikan perjalanan yang aman bagi para pejuang Ukraina.
Pengepungan itu terjadi saat pasukan Rusia sedang mempersiapkan serangan baru terhadap kota Sloviansk, menurut pihak militer Ukraina seperti dikutip Aljazeera, Minggu (12/6).
Dari sekitar 800 orang bersembunyi di beberapa tempat perlindungan bom di bawah pabrik Azot, sekitar 200 orang di antaranya adalah karyawan dan 600 penduduk Severodonetsk.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pertempuran jalanan yang sengit terus berlanjut di Severodonetsk. Dia mengaku bangga dengan para pembela Ukraina yang selama berminggu-minggu menahan kemajuan Rusia.
Dia mengatakan Rusia telah menderita kerugian besar sejak perang dimulai pada 24 Februari.
“Apakah Anda ingat bagaimana Rusia berharap untuk menguasai seluruh Donbas pada awal Mei? Sekarang adalah hari ke-108 perang… Donbas bertahan. Kerugian yang diderita oleh penjajah, termasuk di kawasan ini, sangat signifikan. Secara total, tentara Rusia saat ini kehilangan sekitar 32.000 jiwa, ujarnya.
Baca Juga
Sedangkan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan invasi Moskow ke Ukraina “menunjukkan penindas telah menginjak-injak aturan yang melindungi kita semua.”
“Itulah yang terjadi ketika kekuatan besar memutuskan bahwa selera kekaisaran mereka lebih penting daripada hak tetangga mereka yang damai,” kata Austin saat berkunjung ke Asia.
Dalam perkembangan lain, beberapa non-kombatan berhasil melarikan diri dari zona industri di kota Severodonetsk yang dilanda perang saat pasukan Rusia bertempur melawan para pembela Ukraina di sana.
Rodion Miroshnik, perwakilan Republik Rakyat Luhansk yang didukung Rusia, mengatakan warga sipil mulai meninggalkan pabrik yang terkepung, tetapi dia tidak mengatakan berapa banyak jumlahnya.
“Terkadang terjadi baku tembak… Mereka [pembela Ukraina] mungkin masih menyandera beberapa ratus warga sipil,” katanya dalam sebuah postingan online.
Miroshnik memperkirakan 300 hingga 400 pejuang Ukraina diblokade di lapangan.
Pasukan Rusia mengandalkan senjata lama yang mampu menyebabkan korban sipil massal saat mereka mencoba untuk merebut wilayah di Ukraina timur.
Pembom Rusia kemungkinan telah meluncurkan belasan rudal anti-kapal era 1960-an yang berat dalam serangan darat di Ukraina, menurut Kementerian Pertahanan Inggris.
Ketika rudal tersebut digunakan dalam serangan darat dengan hulu ledak konvensional, rudal itu sangat tidak akurat. Karena itu senjata itu dapat menyebabkan kerusakan parah dan korban jiwa, katanya.