Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Update Perang Rusia Vs Ukraina: Perang Artileri, Ukraina Akui Kekurangan Senjata

Ukaraina menghadapi perang artileri, dan meminta barat segera mengirim bantuan senjata.
Seorang warga berdiri di samping puing-puing pasar terbuka yang hancur akibat serangan militer, saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di Sievierodonetsk, Luhansk, Ukraina, 16 April 2022./Antara
Seorang warga berdiri di samping puing-puing pasar terbuka yang hancur akibat serangan militer, saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di Sievierodonetsk, Luhansk, Ukraina, 16 April 2022./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina Vadym Skibitsky menegaskan, saat ini pihaknya menghadapi perang artileri, dan meminta barat segera mengirim bantuan senjata.

Dia menegaskan, dalam perang artileri, pihaknya bergantung pada negara Barat. Ukraina, ujarnya, hanya memiliki satu artileri sementara Rusia 10.

"Sekarang adalah perang artileri," kata Vadym Skibitsky, wakil kepala intelijen militer Ukraina kepada surat kabar Guardian Inggris.

Jerman, di antara pemasok senjata terbesar sejak Rusia menginvasi tetapi dikritik karena lamban dalam memasok persenjataan berat yang menurut Kyiv sangat dibutuhkan, namun berencana merevisi aturannya tentang ekspor senjata untuk mempermudah mempersenjatai negara-negara demokrasi seperti Ukraina, Der Spiegel melaporkan pada Jumat (10/6/2022).

Rusia berharap merebut seluruh wilayah provinsi Luhansk timur dan menuntut Ukraina untuk menyerahkan daerah itu kepada kelompok separatis bersama dengan tetangganya Donetsk - sebuah daerah yang dikenal sebagai Donbas.

Rusia mendukung pemberontakan oleh kelompok separatis sejak 2014. Untuk tujuan itu, Kremlin telah memusatkan pasukannya ke dalam pertempuran di Kota Sievierodonetsk.

Sebagian besar pasukan Ukraina telah ditarik keluar dari daerah pemukiman kota tetapi belum mencapai tepi timur Sungai Donets Siverskiy.

Pasukan Rusia juga menyerang dari utara dan selatan untuk mencoba mengepung Ukraina, tetapi sejauh ini belum mencapai kemajuan yang signifikan.

Kedua belah pihak saling klaim bahwa mereka telah menimbulkan korban massal. Namun laporan dari medan pertempuran tidak dapat segera diverifikasi oleh Reuters.

Dalam pidatonya, Presiden Rusia Volodymyr Zelenskiyy mengatakan Rusia sedang mencoba untuk "menghancurkan setiap kota di Donbas."

"Sievierodonetsk, Lysychansk, Bakhmut, Sloviansk dan banyak, banyak kota lainnya ... Semua reruntuhan ini dulunya adalah kota yang bahagia," katanya.

Inggris pada Jumat (10/6/2022) mengutuk otoritas Rusia di Donbas atas apa yang disebutnya "pelanggaran mengerikan" dari konvensi Jenewa dalam menjatuhkan hukuman mati terhadap dua warga negaranya yang ditangkap di wilayah separatis saat berperang untuk Ukraina.

Seorang pejabat PBB mengatakan pengadilan yang dilakukan dalam keadaan seperti itu sama saja dengan kejahatan perang, sementara Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengecamnya sebagai "pengadilan palsu terhadap tawanan perang".

Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan apa yang dia sebut "operasi militer khusus" di Ukraina pada Februari dengan mengatakan tujuannya adalah untuk melucuti senjata dan "mendenazifikasi" negara tetangganya itu.

Kyiv dan sekutunya menyebutnya sebagai perang agresi yang tidak beralasan untuk merebut wilayah Ukraina.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper