Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengapresiasi langkah Pemerintah yang mengupayakan untuk meningkatkan transformasi teknologi kesehatan.
“Ya sepakat, sebab penggunaan yang tepat dari teknologi kesehatan berbasis digital akan meningkatkan pelayanan kesehatan, tidak terbatas hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk penyedia layanan seperti apotek, rumah sakit, hingga Pemerintah,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (31/5/2022).
Namun, dia mewanti-wanti agar Pemerintah tetap memperhatikan kontrol yang kuat khususnya terhadap keamanan digital. Hal ini dikarenakan, transformasi kesehatan juga erat kaitannya dengan keamanan data digital.
“Transformasi memang membutuhkan fitur akses yang mudah, tetapi harus kuat dalam menjaga data pasien sehingga pelayanan lebih efektif dan efisien,” katanya.
Menurutnya, melalui transformasi kesehatan, masyarakat bisa melihat rekam medisnya secara lebih utuh sehingga jika melakukan pengobatan penanganannya menjadi lebih gesit. Bahkan, diharapkan ada integrasi sistem dari banyak platform menjadi satu pintu data yang memberikan efisiensi dan fleksibilitas.
“Jangan sampai banyak bikin, lebih baik yang sudah ada diperbarui dan ditingkatkan fiturnya,” katanya.
Baca Juga
Selain keamanan digital, Dicky menilai transformasi kesehatan masih dihadapkan pada tantangan kependudukan yang besar, termasuk kecepatan dan akses internet yang belum merata serta literasi digital yang harus ditingkatkan.
"Ini memang bukan rahasia umum sehingga perlu antisipasi dan strategi yang jelas,” katanya.
Sekadar informasi, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan terdapat transformasi teknologi kesehatan yang sedang diupayakan Pemerintah selain aplikasi PeduliLindungi.
Budi menyebut, pihaknya akan memastikan rekam medis di rumah sakit dicatat dan direkam dengan baik secara digital. Dirinya akan minta ke tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan untuk menyerahkan rekam medis secara keseluruhan kepada pasien.
“Jadi rekam medisnya standardnya itu sudah kita atur kamu-kamusnya, sudah kita susun. Jadi yang misalnya obat sakit perut merek ABC itu mesti sama kodenya di seluruh rumah sakit. Kemudian pelayanan lain pun kodenya mesti sama,” katanya dikutip melalui laman Sehatnegeriku, Selasa (31/5/2022).