Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Akan Gunakan Kekuatan Militer Jika Taiwan Diserang China

AS akan gunakan kekuatan militernya untuk membela Taiwan jika diserang oleh China.
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada tahun 2011./Antararnrn
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada tahun 2011./Antararnrn

Bisnis.com, JAKARTA--Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengatakan akan menggunakan kekuatan militernya untuk membela Taiwan jika diserang oleh China.

Pernyataan Biden itu menandakan pergeseran dari kebijakan Washington selama beberapa dekade tentang apa yang disebut ambiguitas strategis menuju demokrasi Asia Timur.

Dia mengeluarkan pernyataan tersebut saat mengunjungi Jepang pada hari ini sebagai kunjungan kedua dari perjalanan pertamanya ke Asia Timur sejak menjabat tahun lalu.

Menanggapi pertanyaan wartawan pada konferensi pers bersama Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Biden mengatakan membela Taiwan adalah “komitmen yang kami buat”.

Biden mengatakan bahwa meskipun AS setuju dengan "kebijakan satu China" yang menyatakan hanya ada satu China tanpa mendefinisikannya, namun gagasan bahwa "Taiwan dapat diambil dengan paksa" adalah "tidak tepat", katanya merujuk pada China sebagaimana dikutip Aljazeera.com, Senin (23/5/2022).

Biden secara tegas menyatakan tidak ingin Tiawan seperti Ukraina yang diinvasi paksa oleh Rusia. AS telah lama berjanji untuk membantu Taiwan mempertahankan diri di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan 1979, tetapi tidak akan mengirim pasukan atau campur tangan secara langsung.

Undang-undang tersebut hanya mengatakan bahwa Washington akan “menyediakan alat pertahanan bagi Taiwan dan layanan pertahanan dalam jumlah yang diperlukan untuk memungkinkan Taiwan mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai”.

Komitmen itu dibuat sebagai jaminan bahwa AS tidak akan meninggalkan Taiwan setelah Washington secara resmi memutuskan hubungan dengan Taipei demi Beijing pada tahun yang sama.

Taipei pada saat itu mengklaim mewakili pemerintah Cina yang sah, tetapi sebagian besar telah berhenti menegaskan klaimnya sejak demokratisasi pada 1990-an.

Sedangkan Beijing masih mengklaim Taiwan, yang nama resminya adalah Republik China, sebagai sebuah provinsi dan tidak mengesampingkan penyatuan kedua belah pihak secara paksa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper