Bisnis.com, JAKARTA - Finlandia dan Swedia diharapkan bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO) sehingga dapat mengubah sikap netralnya terhadap Rusia.
Dilansir CNBC pada Sabtu (7/5/2022), kedua negara Nordik ini memberi sinyal bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Mantan Sekretaris Jenderal NATO Anders Rasmussen mengatakan dengan bergabungnya dua negara ini akan memutar balik kebijakan mereka setelah bertahun-tahun melakukan pendekatan netral.
"Saya pikir ada peluang bagi kedua negara untuk bergabung, tepatnya sekarang karena Putin sibuk di tempat lain. Dia tidak bisa berbuat apa-apa," ujar Rasmussen.
Belum ada tanda-tanda bagaimana Kremlin akan bereaksi terhadap gerakan kedua negara ini. Namun, masuknya dua negara ini akan meningkatkan batas antara NATO dan Rusia dan menambah kekuatan militer pada aliansi ini.
Sebelumnya, Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa pihaknya menyambut aplikasi dari kedua negara. Namun, akan membutuhkan beberapa bulan untuk meresmikan keanggotaan.
Baca Juga
"Meskipun ini menjadi prosedur darurat, dan memang demikian, itu tetap membutuhkan beberapa bulan karena Anda harus melalui 30 parlemen sebelum bisa diratifikasi oleh seluruh NATO," terang Rasmussen.
Analis politik Ivan Krastev mengatakan sebelum invasi Rusia ke Ukraina tidak ada perbedaan yang jelas antara anggota NATO dengan sekedar menjadi teman Amerika Serikat.
Keputusan Swedia dan Finlandia akan membentuk sebuah pesan bahwa tidak ada negara yang netral yang berbatasan dengan Rusia.
"Sekarang menjadi jelas bahwa menjadi anggota NATO artinya Pasal 5, dan menjadi kawan AS tidak. Inilah kenapa Finlandia dan Swedia harus bergerak dari teman menjadi anggota," kata Krastev.