Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki hari ke-70 sejak perang antara Rusia dan Ukraina, pasukan Rusia berhasil menggempur pabrik baja di kota Pelabuhan Mariupol yang merupakan benteng pertahanan terakhir Ukraina di kota tersebut.
Roket tersebut diluncurkan setelah Uni Eropa (UE) tengah bersiap memberi sanksi baru terhadap Ibu Kota Rusia, Moskow.
Dikutip dari channelasianews.com Rabu (4/5/22), UE akan menjatuhkan sanksi baru bagi Rusia yang disebut akan menyerang industri minyak serta bank di negara tersebut.
Gubernur Regional Pavlo Kyrylenko menyebut bahwa serangan baru Rusia di wilayah Donetsk telah menewaskan 21 warga sipil dan melukai 27 warga lainnya.
Angka tersebut merupakan jumlah kematian harian tertinggi di wilayah Donetsk, sejak serangan yang dilakukan di stasiun kereta api di Kramatorsk yang mampu menewaskan lebih dari 50 warga.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pasukannya telah menyerang sebuah lapangan terbang militer di dekat Pelabuhan Laut Hitam Odesa. Serangan tersebut mampu menghancurkan pesawat tak berawak, rudal, amunisi milik Ukraina yang dipasok oleh Amerika Serikat dan sekutu Eropanya.
Tak hanya itu, Rusia diketahui tengah mengalihkan senjata terberatnya ke wilayah timur dan selatan Ukraina setelah gagal merebut Ibu Kota Kyiv. Kegagalan tersebut disebabkan oleh keserakahan Rusia yang juga berupaya untuk mengambil kendali di wilayah Donbass timur serta membatasi akses Ukraina ke daerah Laut Hitam.
Di sisi lain, Rusia tampak belum juga menunjukkan tanda untuk mengakhiri perang hingga saat ini. Perang yang telah berlangsung hampir 10 minggu tersebut telah menewaskan ribuan orang, menghancurkan kota-kota di Ukraina, dan mendorong 5 juta warga Ukraina untuk melarikan diri ke luar negeri.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menilai bahwa memanasnya serangan Rusia disebabkan oleh keberhasilan Ukraina mengevakuasi 156 orang dari pabrik baja Azovstal di Mariupol yang telah tiba di Zaporizhzhia pada Selasa (3/5/22).
Sampai saat ini, terdapat 200 warga sipil yang masih terperangkap di bawah kompleks pabrik tersebut dan 100.000 lainnya masih berada di dalam kota Mariupol.