Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mencari Jagoan Tanding di Pilpres 2024

Lembaga survei semakin terang-terangan menawarkan simulasi pasangan tokoh politik untuk dijodohkan sebagai capres dan cawapres pada Pilpres 2024.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti memberikan keterangan pers di kantor DPP Partai Demokrat , Jakarta, Senin (1/2/2021). AHY menyampaikan adanya upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, di mana gerakan itu melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkaran kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti memberikan keterangan pers di kantor DPP Partai Demokrat , Jakarta, Senin (1/2/2021). AHY menyampaikan adanya upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, di mana gerakan itu melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkaran kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA -- Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting atau SMRC gencar melakukan simulasi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Salah satunya dengan memasangkan Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). 

SMRC bahkan mengklaim pasangan ini mampu unggul tipis dibandingkan Prabowo Subianto-Puan Maharani maupun Ganjar Pranowo dengan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.

Entah bagaimana mekanisme penghitungan surveinya, yang jelas Anies-AHY, menurut versi SMRC, adalah kandidat pasangan calon yang paling berpeluang untuk memenangkan Pilpres 2024.

Anies dan AHY memang harus diakui sebagai tokoh politik yang punya karir moncer. Keduanya selain dibekali dengan popularitas juga memiliki magnet politik cukup kuat.

AHY merepresentasikan kebangkitan klan politik Cikeas yang tenggelam sejak lengser hampir 8 tahun lalu. Sedangkan Anies mewakili kelompok putihan. Putihan identik dengan Islam politik. Kedua kelompok ini sama-sama terpinggirkan dalam pemerintahan saat ini.

Menariknya Anies, yang sebentar lagi pensiun dari Gubernur DKI Jakarta, bahkan selalu masuk tiga besar tokoh dengan elektabilitas paling tinggi.

Posisi Anies sejajar dengan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Capaian ini tentu tidak bisa dianggap sebelah mata. Ingat lho, Anies adalah satu-satunya kandidat calon presiden (capres) non partai politik yang paling kuat. 

Elektabilitas dan popularitas Anies bahkan unggul bila dibandingkan dengan para pemilik partai seperti Airlangga Hartarto atau Puan Maharani. 

Dua nama terakhir adalah tokoh yang digadang-gadang akan disodorkan Golkar dan PDI Perjuangan (PDIP) dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sayangnya keduanya bernasib sama. Punya elektabilitas di bawah rata-rata.

Sementara itu, AHY adalah tokoh muda yang karir politiknya tiba-tiba meroket. Dia pernah bersaing dengan Anies dalam kontestasi politik Pilkada DKI 2017 lalu. 

Meski gagal, berkat tangan mentor sekaligus bapaknya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),  karir AHY melesat dan puncaknya berhasil memegang kendali Partai Demokrat. 

AHY seperti kata SBY adalah satu-satunya matahari di Partai Demokrat. Dia adalah penguasa tunggal. Posisi AHY bahkan semakin tidak tergoyahkan setelah berhasil mengalahkan lawan-lawan politiknya, termasuk Jenderal Purn Moeldoko, mantan Panglima TNI era bapaknya berkuasa. 

Pengalaman AHY menghadapi gerakan kudeta Partai Demokrat tentu menjadi pelajaran berharga dan membuat dirinya semakin dewasa dalam berpolitik. Ini juga menjadi modal bagi dirinya untuk menghadapi Pemilu dan Pilpres 2024

Tetapi apakah modal meredam konflik internal ini akan mengantarkan AHY melenggang mulus di 2024?

Bisa jadi ya bisa jadi tidak. Tetapi tentu bisa juga jawabannya tidak semudah itu. Dengan ketentuan ambang batas presiden alias presidential threshold yang berlaku saat ini, AHY butuh partner dan dukungan politik. 

Suara Demokrat yang di bawah 10 persen tidak cukup menopang ambisi Cikeas untuk mengusung putra mahkotanya ke gelanggang Pilpres 2024. Mungkin, atas dasar inilah sejumlah lembaga survei memasangkan AHY dengan Anies.

Harapannya, kalau dua kekuatan itu bergabung, Anies dengan kekuatan elektabilitasnya dan AHY dengan kekuatan politiknya, maka upaya untuk membentuk koalisi Anies-AHY bisa dengan sangat mudah dilakukan.

Itung-itungan kasarnya, suara Demokrat bisa digabung dengan suara partai yang kelihatannya akan mendukung Anies di Pilpres 2024 seperti NasDem dan PKS. Jika itu terwujud, maka syarat ambang batas presiden bisa dilewati dan Anies-AHY bisa jadi akan memenangkan kontestasi politik.

Tetapi itung-itungan itu dengan catatan, tidak ada perubahan sikap dari PKS dan NasDem. Sebab, meski memiliki kecenderungan untuk mendukung calon di luar pemerintah, kedua partai itu masih wait and see, setidaknya hingga akhir tahun ini.

Kalau tiba-tiba saja konstelasi politik berubah. Misalnya Ganjar mau keluar dari PDIP terus gabung NasDem atau wacana jabatan presiden tiga periode lolos, ya angan-angan untuk memasangkan Anies-AHY bisa gagal total.

Partai politik dalam posisi ini bakal lebih realistis dan tentu saja pragmatis dalam menentukan sikap siapa yang akan diusung dan siapa yang mau didukung.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper