Bisnis.com, JAKARTA - Uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) akan membuat Amerika Serikat (AS) dan sekutunya berpikir dua kali dalam menghadapi Rusia, ujar Presiden Vladimir Putin.
Pernyataan itu disampaikan Putin setelah hampir dua bulan sejak Rusia menginvasi Ukraina dan uji coba itu dilakukan pada saat yang sulit ketika pasukannya meningkatkan serangan di wilayah Donbas timur.
Pemimpin Rusia itu tampil di televisi pemerintah sambil menonton video peluncuran rudal dan mengatakan bahwa “senjata unik itu akan memperkuat potensi militer angkatan bersenjatanya.
Dia mengatakan, senjata itu juga akan menjamin keamanan Rusia terhadap ancaman luar dan akan mengancam mereka yang mencoba menyerang negaranya.
Rudal balistik antarbenua Sarmat ditembakkan dari Kosmodrom Plesetsk di wilayah Arkhangelsk utara, kata Kementerian Pertahanan Rusia seperti dikutip Bloomberg.com, Kamis (21/4/2022).
Kementerian itu sebelumnya menunjukkan video rudal generasi terbaru pada 2018.
Baca Juga
Juru bicara Departemen Pertahanan AS John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa prosedur pemberitahuan normal telah diikuti Rusia sebelum melakukan uji coba.
Putin telah mengisyaratkan kemungkinan eskalasi dan memerintahkan pasukan nuklir strategis Rusia dalam siaga tinggi hanya beberapa hari setelah pasukannya masuk ke Ukraina.
Dia juga memperingatkan bahwa intervensi apa pun oleh negara lain dalam konflik itu akan memicu "konsekuensi yang belum pernah Anda lihat."
Bantuan senjata dari AS dan Eropa telah membantu Ukraina menumpulkan serangan Rusia, yang difokuskan kembali ke timur setelah upayanya gagal untuk merebut ibu kota Kyiv.
Pada saat yang sama NATO telah mengesampingkan zona larangan terbang di atas Ukraina meskipun hal itu akan menempatkan pesawat aliansi dalam konfrontasi langsung dengan pesawat Rusia.
Menteri luar negeri Sergei Lavrov tidak memberikan jawaban langsung atas pertanyaan berulang tentang apakah Rusia mungkin menggunakan senjata atom di Ukraina dalam sebuah wawancara yang dirilis Selasa (19/4/2022). Padahal, dia mengatakan Moskow dengan tegas menentang konflik nuklir.
Komentar diplomat top Rusia itu muncul setelah sekutu penting Putin mengancam akan mengerahkan senjata nuklir di sekitar Laut Baltik jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
“Dalam hal ini tidak boleh ada pembicaraan tentang status non-nuklir untuk Baltik,” kata Dmitry Medvedev, Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia dan mantan presiden pekan lalu.
Dia menyebut, Rusia dapat mengerahkan rudal Iskander, senjata hipersonik, dan senjata nuklir dan kapal perang di wilayah tersebut.