Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Sidang Isbat (penetapan) untuk menentukan awal puasa 2022 atau Ramadan 1443 Hijriah secara hybrid, pada Jumat (1/4/2022). Akankan terjadi perbedaan penentuan 1 Ramadan 1443 Hijriah antara Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan pemerintah?
Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin Sidang Isbat pada tahun ini dilakukan secara hybrid karena masih dalam situasi pandemi Covid-19.
"Sidang Isbat dilaukan daring dan luring digabung dengan menerapkan protokol kesehatan," ujarnya dikutip dari laman kemenag.go.id, Jumat (1/4/2022)
Sidang isbat dilakukan pada pukul 18.00 WIB dan tertutup untuk umum. Namun, sebelumnya digelar Seminar Pemaparan Posisi Hilal melalui aplikasi Zoom dan kanal Youtube Bimas Islam pada pukul 17.00 WIB.
Berikut Perbedaan Awal Puasa Ramadan 2022 antara Muhammadiyah, NU, dan Pemerintah
1. Awal Puasa Muhammadiyah
Seperti diketahui, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengeluarkan Maklumat Nomor 01/MLM/1.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah. Maklumat ini berisi putusan 1 Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada Sabtu (2/4/2022).
Penetapan ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Muhammadiyah. Muhammadiyah yang memakai metode hisab hakiki wujudul hilal menilai bahwa dalam Jumat (1/4/2022), ijtimak jelang Ramadan 1443 H terjadi dalam pukul 13:27:13 WIB.
Ketinggian bulan saat matahari terbenam di Yogyakarta (f = 07° 48¢ Lintang Selatan [LS] dan l = 110° 21¢ Bujur Timur [BT]) = + 02° 18¢ 12² hilal sudah terwujud dan saat matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia, bulan berada di atas ufuk. Oleh karena itu, Muhammadiyah menetapkan bahwa 1 Ramadan 1443 H adalah Sabtu (2/4/2022).
2. Awal Puasa NU
Di sisi lain, Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) telah merilis hasil perhitungan (hisab) ketinggian bulan pada akhir Sya'ban 1443 H. Data tersebut dirilis bersamaan dengan Surat Instruksi Nomor 012/LF-PBNU/III/2022.
NU menggunakan metode rukyatul hilal untuk memperkirakan bahwa posisi hilal pada Jumat (1/4/2022) sedikit di atas standar imkanur rukyah (kemungkinan melihat hilal).
Menurut data hisab LF PBNU, keadaan hilal sudah berada di atas ufuk, tepatnya + 2º 04’ 12’’ dan lama hilal 9’ 49’’. Sementara, konjungsi atau ijtimak bulan terjadi pada Jumat (1/4/2022) pukul 13:25:54 WIB.
Letak matahari terbenam berada pada posisi 4º 34’ 09’’ utara titik barat, sedangkan letak hilal pada posisi 2º 48’ 22’ utara titik barat. Adapun, posisi hilal adalah 1º 45’ 47’’ selatan matahari, dan memanjang 3º 24’ 06’’ saat miring ke selatan.
Menurut hisab yang sama maka diketahui parameter hilal terkecil terjadi di Kota Jayapura, Papua, yaitu sebesar +1º 12’ dengan elongasi 2º 58’ dan lama hilal 5’ 48’’. Sementara, parameter hilal terbesar terjadi di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat dengan tinggi +2º 06’, elongasi 3º 04’, dan lama hilal 8’ 42’’.
Dengan ketinggian 2º lebih 4’ dan 3º 4’, hilal tampaknya akan sulit dirukyat. Terlebih umur bulan yang belum mencapai 8 jam. Jika hilal tidak terlihat, otomatis bulan Syaban akan digenapkan menjadi 30 hari. Dengan demikian, awal Ramadan 1443 H bisa jatuh pada Minggu (3/4/2022). Sementara Sabtu, (2/4/2022), masih terhitung tanggal 30 Syaban 1443 H.
3. Awal Puasa Pemerintah
Sementara itu, tahun ini Kementerian Agama (Kemenag) mulai menggunakan standar baru untuk menentukan awal bulan Hijriah. Standar tersebut mengacu pada MABIMS 2021 (Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Kriteria baru MABISM adalah ketinggian hilal 3º dan elongasi 6,4º. Sebelumnya, Kemenag berpedoman dengan ketinggian 2º, elongasi 3º, dan umur bulan 8 jam.
Kemenag akan menggelar sidang isbat untuk menentukan awal Ramadan 2022 atau 1443 Hijriah. Sidang Isbat 2022 akan dilaksanakan pada Jumat (1/4/2022) atau 29 Syaban 1443H.