Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Takut Akan Sanksi Barat, China Batalkan Investasi Senilai Rp7 Triliun ke Rusia

Pemerintah China menarik diri dari kesepakatan senilai US$500 juta (£380 juta) untuk memasarkan gas Rusia, karena kekhawatiran menjadi sasaran sanksi.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping/The Moscow Times
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping/The Moscow Times

Bisnis.com, JAKARTA – China akhirnya membatalkan investasi sebesar $500 juta atau sekitar  Rp7 triliun untuk membantu Rusia memasarkan gas mereka di Cina.

Dikutip dari Express.co.uk, Selasa (29/3/22) kebijakan itu diambil oleh Presiden China Xi Jinping karena dirinya takut akan dijatuhkan sanksi yang berat kepada negaranya dan sistem ekonomi dari negaranya jika mendukung Rusia.

Sinopec Group yang dikelola pemerintah China telah menarik diri dari kesepakatan senilai US$500 juta (£380 juta) untuk memasarkan gas Rusia untuk Sibur di China karena kekhawatiran menjadi sasaran sanksi. Selain itu, keputusan Sinopec muncul setelah menghadiri pertemuan di Kementerian Luar Negeri.

China National Petroleum Corp (CNPC) dan China National Offshore Oil Corp (CNOOC) juga hadir, karena bos perusahaan diminta untuk mengevaluasi hubungan mereka dengan Rusia dan berhati-hati dalam urusan bisnis mereka dengan negara tersebut.

Seorang eksekutif di Sinopec mengatakan, perusahaan akan secara kaku mengikuti kebijakan luar negeri Beijing dalam krisis ini.

“Tidak ada ruang sama sekali bagi perusahaan untuk mengambil inisiatif dalam hal investasi baru,” ujarnya dilansir dari Express.co.uk

Keputusan Sinopec ini didasar dengan pengalaman saat tahun 2014. Saat itu, Salah satu direktur dan investor Sibur adalah Gennady Timchenko, sekutu jangka panjang Putin diberi sanksi oleh Barat setelah aneksasi Rusia atas Krimea pada tahun 2014.

Lalu yang menjadi pertimbangan lagi adalah salah satu negara yang menerapkan sanksi tersebut adalah Inggris. Inggris memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap miliarder Rusia pada Februari setelah keputusan Putin untuk mengerahkan pasukan ke republik-republik Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri di Ukraina timur.

Keputusan yang diambil oleh Xi Jinping menjadi pukulan besar bagi Presiden Rusia, yang mengandalkan bantuan Beijing dalam mengatasi sanksi Barat. Presiden China sampai sekarang menjadi pendukung setia dan sekutu kunci orang kuat Rusia dalam perjuangannya untuk melawan Barat.

Sebelum invasi Putin ke Ukraina, kedua pemimpin bertemu di Beijing menjelang Olimpiade Musim Dingin, di mana mereka menegaskan kembali komitmen mereka satu sama lain.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper