Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Makin Panas! Rusia Susun Program Penyitaan Aset Perusahaan Asing

Rusia akan mengambil kendali sementara atas bisnis yang hengkang dari negara itu di mana kepemilikan asing melebihi 25 persen.
Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Rusia mulai menyusun rencana untuk menyita aset perusahaan negara Barat yang meninggalkan negara itu saat Kremlin melawan sanksi besar-besaran dan eksodus bisnis internasional sejak invasinya ke Ukraina.

Pengumuman itu disampaikan setelah serangkaian perusahaan global menyatakan menangguhkan operasi di Rusia minggu ini, termasuk McDonald's, Coca-Cola, dan Pepsi.

Kementerian ekonomi negara itu menyatakan dapat mengambil kendali sementara atas bisnis yang hengkang dari negara itu di mana kepemilikan asing melebihi 25 persen.

Berbicara dalam tautan video dengan anggota pemerintahannya kemarin, Vladimir Putin mengatakan Kremlin dapat menemukan cara yang layak secara hukum untuk merebut perusahaan internasional. Karena itu pemerintah akan mendorong untuk “memperkenalkan manajemen eksternal dan kemudian mengalihkan perusahaan-perusahaan itu kepada mereka yang benar-benar ingin bekerja,” kata Putin. 

“Ada cukup instrumen hukum dan pasar untuk ini,” ujarnya seperti dikutip TheGuardian.com, Jumat (11/3/2022).

Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishusti mengatakan bahwa meskipun  sebagian besar bisnis telah menghentikan sementara operasinya, situasinya akan dipantau secara ketat. Dia menegaskan bahwa langkah-langkah untuk "memperkenalkan administrasi eksternal" dapat digunakan.

Langkah itu dilakukan setelah pemerintah Barat berusaha untuk memberikan tekanan maksimum pada Putin setelah invasi ke Ukraina dengan mengumumkan pembatasan drastis pada impor minyak dan gas Rusia selain sanksi keuangan dan pembekuan aset untuk oligarki terkemuka.

Selain sanksi formal, perusahaan terkemuka negara Barat dan merek terkenal telah mengambil langkah untuk keluar dari negara itu sama sekali atau menangguhkan operasi sebagai tanggapan atas invasi tersebut, termasuk Starbucks dan McDonald's. 

Sedangkan Shell mengumumkan rencana untuk menarik diri dari perusahaan minyak dan gas Rusia. BP menyatakan akan keluar dari saham di proyek-proyek besar. Unilever dilaporkan akan menghentikan impor dan ekspor ke negara itu.

Sementara itu, Burger King mengumumkan kemarin bahwa mereka akan menangguhkan semua dukungan korporatnya untuk pasar Rusia, termasuk operasi, pemasaran, dan rantai pasokan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper