Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertemuan Rusia-Ukraina Gagal Capai Kesepakatan, Rusia Ngotot Lanjutkan Serangan

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba bertemu dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Turki.. Pembicaraan tersebut berlangsung selama 90 menit
Lambang Z yang ada di tank milik pasukan Rusia yang digunakan untuk menyerang Ukraina/NDTV
Lambang Z yang ada di tank milik pasukan Rusia yang digunakan untuk menyerang Ukraina/NDTV

Bisnis.com, JAKARTA – Ukraina dan Rusia gagal membuat kemajuan untuk menghentikan perang dan menjembatani perbedaan di antara keduanya pada pembicaraan tingkat tinggi pertama antara menteri luar negeri sejak invasi Rusia dimulai.

Dilansir Bloomberg, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Rusia akan melanjutkan serangan sampai tujuannya tercapai. Dmytro bertemu dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Turki selama 90 menit pada hari Kamis (10/3/2022).

“Narasi luas yang dia sampaikan kepada saya adalah bahwa mereka akan melanjutkan agresi mereka sampai Ukraina memenuhi tuntutan mereka, dan tuntutan ini paling tidak adalah menyerah,” kata Dmytro, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (10/3).

Rusia terbuka untuk melakukan pembicaraan serius antara kedua presiden, namun ia ingin pertemuan tersebut memiliki nilai tambah. Dia menegaskan bahwa Rusia sedang mengupayakan demiliterisasi Ukraina.

Pertemuan yang diselenggarakan oleh Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di kota resor Mediterania Antalya, ini adalah pertemuan langsung pertama antara kedua negara sejak Rusia mulai melakukan invasi pada 24 Februari.

Pertemuan ini dilakukan setelah serangan militer Rusia dalam dua pekan terakhir tidak banyak menghasilkan kemajuan, karena Ukraina meningkatkan pertahanan, didukung oleh pasokan senjata dari AS dan sekutunya.

Hal ini mendorong Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengadopsi taktik yang semakin brutal, dengan memerintahkan pasukannya menyerang kota-kota Ukraina guna mencoba mematahkan perlawanan.

Pada saat yang sama, intensitas respons internasional dalam memberikan sanksi terhadap ekonomi Rusia tampaknya mengejutkan Kremlin. Hal ini berujung pada mata uang rubel yang merosot ke rekor terendah, sejumlah bisnis asing menarik diri dari negara tersebut, dan pasar memperkirakan risiko gagal bayar Rusioa yang semakin besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper