Bisnis.com, JAKARTA – Sanksi negara-negara Barat terhadap Rusia menyusul invasi ke Ukraina turut dirasakan oleh warga Indonesia yang tinggal di sana.
Amalia Raras Putri Cahyadi, mahasiswa Indonesia yang tinggal di Moskow mengakui kegiatan akademisnya di Negeri Beruang Merah tersebut terhambat oleh sanksi-sanksi tersebut.
"Ada sejumlah rencana yang terhenti karena dampak sanksi juga terasa di bidang akademik," ujar Amalia seperti dilansir Tempo, Jumat (4/3/2022).
Mahasiswa jurusan Biologi di Russian State Agrarian University ini mengatakan dirinya sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti Summer School di Prancis pada Juni mendatang. Namun, rencana itu terancam gagal karena gagal membuat visa Schengen karena aturan dari Uni Eropa.
Setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina, Uni Eropa mengumumkan sejumlah sanksi untuk Rusia. Salah satunya adalah pembatasan visa. Uni Eropa menyebut pembatasan visa akan membuat diplomat dan pebisnis tidak lagi memiliki akses istimewa ke Uni Eropa.
Selain pembatasan visa, Uni Eropa juga melarang Rusia melintas di kawasan udaranya. Setidaknya ada 33 negara yang melarang Rusia masuk ke wilayah udaranya termasuk Prancis. Pun sebaliknya, Rusia juga melarang penerbangan dari puluhan negara termasuk Uni Eropa.
Baca Juga
Padahal, Amalia sudah melakukan sejumlah persiapan matang. Rencana sekolah singkat di Prancis itu, kata dia, termasuk program dari kampusnya bagi mahasiswa yang mengikuti kelas Bahasa Prancis. Amalia sudah memenuhi persyaratan seperti menulis esai dan juga mengambil sertifikat tes DELF tingkat A2.
Amalia juga berencana terbang ke Amerika Serikat untuk mengikuti konferensi internasional di Universitas Harvard, Harvard Project for Asian and International Relations. Namun, rencana itu pun terancam pupus.
Sanksi lain Rusia atas Ukraina adalah dikeluarkannya delegasi Rusia dari sejumlah kompetisi internasional. Pada Senin, 28 Februari lalu misalnya, klub sepak bola dan tim nasional Rusia diskors dari semua kompetisi oleh FIFA dan UEFA. Dalam bidang akademik, Massachusetts Institute of Technology (MIT) memutuskan hubungan kerja sama dengan universitas riset di Rusia, Institut Sains dan Teknologi Skolkovo (Skoltech).
Amalia berharap agar konflik ini cepat berakhir dan keadaan kembali normal. “Semoga semua lekas damai agar kami sebagai pelajar juga bisa melanjutkan kuliah dengan lancar,” ujarnya.
Adapun Amalia sudah tinggal di Rusia sejak 2017. Kala itu, dia mengikuti AFS, program pertukaran pelajar SMA di kota Alexandrov. Setelah lulus di sana, Amalia mengikuti program persiapan bahasa di kota Voronez dan akhirnya menetap di Moskow sejak 2020.